TPID Bone Bolango Gelar Rakor Bersama 18 Camat Bahas Inflasi Daerah

:


Oleh MC Kabupaten Bone Bolango, Kamis, 31 Agustus 2017 | 07:08 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 469


Bone Bolango, Infopublik – Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) Gorontalo, tingkat inflasi Gorontalo pada bulan Juli 2017 tercatat sebesar 1,03% (mtm), 4,70% (yoy), dan 4,65% (ytd) lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 1,82% (mtm).

Inflasi Gorontalo pada bulan Juli 2017 tercatat lebih tinggi dari nasional yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,22% (mtm) dan 3,88% (yoy). 

Tekanan inflasi Gorontalo pada bulan Juli 2017 ini, terutama didorong oleh instansi kelompok volatole food, seperti tomat, sayur, ikan tangkap (selar/tude dan ekor kuning), bawang merah dan daging ayam ras, serta kelompok.

Sementara administered prices didorong oleh kenaikan angkutan angkutan udara seiring berakhirnya libur sekolah di bulan Juli 2017.

Berdasarkan data tersebut, pemerintah daerah melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Bone Bolango melaksanakan rapat koordinasi (Rakor) TPID semester I tahun 2017, bertempat di ruang Huyula Kantor Bupati, Rabu (30/8).

Rakor yang dibuka langsung Sekda Bone Bolango Ishak Ntoma yang selaku Ketua TPID Bone Bolango ini, menghadirkan 18 camat dan stakeholder terkait dalam rangka mengantisipasi agar masyarakat mencari upaya untuk menurunkan inflasi tersebut.

Pada kesempatan itu, Sekda Ishak Ntoma menyampaikan delapan penegasan dari Presiden RI pada Rakornas TPID VII di Jakarta untuk tahun 2017, diantaranya pertama, saat ini inflasi Indonesia sudah memasuki era inflasi rendah.

Kedua realisasi APBD harus dapat direncanakan dengan baik agar realisasinya tidak terkonsentrasi diakhir tahun. 
Selanjutnya, ketiga investasi dan ekspor adalah kunci yang harus diperhatikan dalam pembangunan daerah.

Keempat, untuk memacu investasi agar tetap tumbuh, birokrasi dan perizinan agar dapat diperbaiki dan dipercepat. Kelima, berbagai sistem informasi harga yang sudah ada di berbagai daerah telah mendukung terjaganya stabilitas harga. 

Keenam, budaya organisasi sekarang sudah memprioritaskan stabilitas harga. masalah orientasi mental, mindset, manajemen dan etos kerja harus ditingkatkan. Ketujuh, inflasi yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, dan kedelapan inflasi dapat berasal dari dua hal yaitu inflasi struktural dan inflasi faktor sementara.

“Inflasi faktor sementara (temporer) terkait siklus dan musim (pangan), sedangkan  inflasi struktural juga harus dibenahi dengan efisiensi dalam segala hal,” urai Ishak Ntoma.

Oleh karena itu, lanjut Sekda Ishak Ntoma, Presiden Jokowi menekankan kepada kita untuk melakukan koordinasi yang intensif diantara OPD dalam satu wilayah dan kerjasama dengan OPD di wilayah lainnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia.

Selain itu, Kantor Perwakilan Kementerian/Lembaga negara lainnya di daerah, serta berbagai pihak terkait untuk menjamin produksi, ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi kebutuhan bahan pangan pokok dan melakukan pemantauan langsung terhadap perkembangan pasar secara update dan peran para pelaksana tim pengendalian inflasi daerah dan internal OPD.

Sementara itu, Kepala Bagian Ekbang Setda Bone Bolango, Lukman A Daud menambahkan dalam rangka upaya tanggap terhadap inflasi daerah tersebut, TIPD Bone Bolango melakukan beberapa langkah yang ditempuh, diantaranya pengawasan harga kebutuhan pokok oleh instansi Diskoperindakum dan Bagian Ekbang secara fungsional dalam koordinasi TPID yang melibatkan seluruh camat dan OPD teknis.

Memperkuat ketahanan pangan (kebutuhan pokok) oleh OPD teknis terkait secara fungsional, meningkatkan peran ibu-ibu rumah tangga dalam rangka pemanfaatan ruang pekarangan bagi pemenuhan kebutuhan dasar.

Selanjutnya, berkoordinasi aktif dengan TPID provinsi, PLN, Pertamina, baik BBM maupun kebutuhan gas rumah tangga, BPS, Bulog, dan BI untuk mendapatkan bahan dan data bagi pengendalian inflasi di Kabupaten Bone Bolango. (MC Bone Bolango/Hms/Kadir)