Kemendikbud Gelar Workshop Gerakan Seniman Masuk Sekolah

:


Oleh Astra Desita, Kamis, 20 Juli 2017 | 09:41 WIB - Redaktur: Juli - 1K


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Kesenian, dan Direktorat Jenderal Kebudayaan kembali menyelenggarakan Kegiatan Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS).

GSMS merupakan kegiatan yang memberikan peluang juga kesempatan kepada seniman dan sekolah untuk bersinergi melatih seni budaya di sekolah. Kegiatan ini juga dapat membantu dan memfasilitasi keterbatasan sekolah dalam menghadrikan guru seni budaya yang selama ini menjadi kendala di satuan pendidikan mulai dari jenjang SD, SMP, SMA/SMK.

"GSMS yang sudah memasuki tahun ketiga ini satu inisiatif dari Direktur Kesenian untuk membawa kesenian kembali ke sekolah, karena selama ini banyak komentar di sekolah sepi dari kesenian dan ini adalah untuk merekatkan kembali kesenian dengan dunia pendidikan," kata Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, saat memberikan sambutan pembukaan Worskshop GSMS 2017 di Jakarta, Rabu (19/7) malam.

Menurutnya, di 2016 yang lalu GSMS telah dilakukan di 7 provinsi dengan 280 sekolah, namun masih terbatas untuk sembilan kali pertemuan, dan di 2017 ini sudah bisa menambah volume dan skalanya dilaksanakan di 1.320 sekolah, dengan mencari seniman dan sekolah untuk berpartner dan jumlah pertemuannya juga lebih panjang yaitu di 32 pertemuan selama 4 bulan.

Hilmar menuturkan, semangat GSMS sebagai upaya pemerintah yang bersifat menyeluruh dengan melibatkan warga sekolah dan masyarakat, dapat menyaring budaya asing yang mengikis moral generasi muda dengan memicu dan memacu kapasitas seni budaya yang kaya dan beragam di Indonesia.

GSMS kata Hilmar, diselenggarakan di seluruh Indonesia, melalui dinas pendidikan Provinsi yang berkomitmen melibatkan kegiatan GSMS. Seniman yang terlibat ditentukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi berdasarkan rekomendasi dari Dinas Kebudayaan Provinsi/kabupaten/kota dan balai pelestarian nilai budaya/dewan kesenian/taman budaya setempat.

GSMS 2017 dilaksanakan di 26 provinsi antara lain Aceh, Sumut, Kepuluan Riau, Sumbar, Babel, Bengkulu, Jambi, Lampung, Banten, Jateng, jabar, Jatim, Kalbar, Kalut, Kalsel, Kaltim, Gorontalo, Sulsel, Sulbar, Sulteng, Sulawesi Tenggara, NTB, NTT, Malut dan Papua. 

"Dengan adanya para seniman ini, diharapkan kesenian ekstrakuler yang tadinya terbatas bisa menjadi lebih luas lagi," pungkas Hilmar Farid.

Sementara itu pemusik Ine Febrianti mengatakan ibu saya protes ketika saya masuk IKJ, karena tidak ada masa depannya, ternyata semuanya berawal dari seni. "Misalanya arsitek membuat gedung itu lewat gambar. Semua elemen membutuhkan seni, sebaiknya pendidikan disertakan dengan seni, dan ketika kita menganal diri kita sendiri maka kita bisa lebih menghargai keragaman dan perbedaan dan itu yang dibutuhkan anak didik kita," ujarnya.

Sementara itu penyanyi keroncong Sundari Sukotjo mengatakan malam seni budaya ini menjadikan pendidikan karakter di Indonesia bisa menjadi semakin kuat, karena dari 17 ribu pulau dan 1.340 suku, bangsa Indonesia mempunyai seni budaya yang sangat banyak.

"Oleh karena itu kita sebagai generasi yang sangat mencintai seni budaya ini harus mempunyai tanggung jawab. Saya sebagai penyanyi keroncong telah membuat yayasan keroncong dan musik keroncong ini tidak boleh berhenti di sini saja, dan saya membina para generasi muda untuk mencintai musik keroncong hingga generasi berikutnya. Saya harapkan mereka bisa melestarikan musik keroncong khususnya kepada generasi berikutnya," kata Sundari.

Sementara itu seniman musik Gilang Ramadhan mengatakan sampai sekarang ini orang tua di Indonesia masih khawatir menyekolahkan anaknya di bidang seni, seperti orang tuanya dahulu.

"Saya sekarang punya murid sekitar 4 ribu orang di seluruh Indonesia dan murid saya yang terkecil berumur 2 tahun, karena dengan belajar musik di usia golden age akan membantu meningkatkan IQ anak tersebut. Orang yang suka bermain musik hidupnya tidak terlalu tegang, selalu ceria dan selalu tersenyum. Saya diundang keluar negeri juga karena mempelajari musik-musik daerah. Anak-anak Indonesia harus tahu bahwa orang luar negeri menyukai musik daerah dan betapa pentingnya melestarikan musik daerah," pungkas Gilang Ramadhan.

Kegiatan Worshop GSMS ini diikuti 208 peserta, terdiri dari 26 Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, 26 Kepala Dinas Pendidikan Kab/kota, 78 Kepala Sekolah tingkat pendidikan (SD, SMP, SMA/SMK dan SLB) negeri maupun swasta dan 78 seniman.