Kebutuhan Daging Sapi Defisit 40 Persen, Kekurangannya Dipenuhi Impor

:


Oleh Baheramsyah, Kamis, 22 Juni 2017 | 09:34 WIB - Redaktur: Elvira Inda Sari - 2K


Jakarta, InfoPublik – Kebutuhan daging sapi dalam negeri tahun 2017 mengalami defisit. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) prognosis produksi daging sapi sebesar 354.770 ton sedangkan perkiraan kebutuhan mencapai 604.968 ton, sehingga untuk memenuhi kekuranganya 30-40 persen harus dipenuhi dari impor baik dalam bentuk sapi bakalan maupun dalam bentuk daging.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), I Ketut Diarmita mengatakan bahwa terkait defisitnya ketersediaan daging sapi untuk Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yaitu bulan Puasa dan Idul Fitri Tahun 2017.

Kementan bersama dengan Kementerian Perdagangan telah menghitung prognosa kebutuhan dan ketersediaan di dalam negeri, dan setelah dihitung memang masih ada defisit dan diperlukan upaya pemasukan daging pada tahun 2017.

“Karena ada defisit, maka kita lakukan impor daging untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri terutama menyambut Lebaran,” ujar Ketut pada konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (21/67).

Maka dari itu, pemerintah langsung berupaya menyediakan daging sapi sehingga saat ini ketersediaan stok cukup dan harga berada pada kisaran yang stabil.

“Jika kita lihat dari perkembangan kondisi ketersediaan daging sapi menjelang H-4 lebaran, kita bersyukur tidak ada gejolak harga bahan pokok khususnya yang terkait dengan komoditi peternakan, yaitu daging sapi, daging ayam, dan telur ayam,” ungkap dia.

“Kondisi ini tentu kami harapkan dapat terus dipertahankan sampai dengan lebaran, dan ini akan tercapai apabila ada dukungan dari semua pihak termasuk rekan-rekan wartawan,” imbuhnya.

Ketut mengklaim bahwa kondisi harga bahan pokok khususnya daging sapi, daging ayam dan telur ayam, pada puasa dan lebaran 2017 ini merupakan capaian harga terbaik dibandingkan 10 tahun terakhir, yang biasanya terjadi gejolak harga bahan pokok yang sangat fluktuatif.

Namun, yang perlu diwaspadai adalah terkait fluktuasi daging dan telur ayam. Karena dikhawatirkan ada kemungkinan anjloknya harga setelah lebaran. Oleh sebab itu, pihaknya tengah mengupayakan langkah-langkah konkrit untuk mencegah hal tersebut terjadi.

“Saya optimis, meskipun produksi daging sapi di dalam negeri saat ini masih belum mencukupi. Diharapkan dengan adanya peningkatan populasi dan produktivitas ternak, secara signifikan dapat memberikan dampak positif untuk peningkatan ketersediaan daging sapi di Indonesia dan tercapainya harga daging sapi yang terjangkau di tingkat konsumen,” papar dia.

“Selain itu, ke depannya diharapkan dalam usaha peternakan sapi di Indonesia akan berorientasi profit, sehingga selain untuk kesejahteraan peternak, juga dapat mendukung cita-cita Indonesia sebagai lumbung pangan dunia,” tandas Ketut.