Menpar: Jangan Dikotomi Konsumen Wisata

:


Oleh Untung S, Selasa, 13 Juni 2017 | 11:32 WIB - Redaktur: Elvira Inda Sari - 522


Jakarta, InfoPublik - Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan jangan memisahkan antara konsumen pariwisata untuk kelas atas dan massa karena keduanya sama-sama dibutuhkan.

“Orang tidak membuka toko di tengah sawah, tapi di mall. Atau banyak toko bangunan berkumpul dalam satu kawasan, kalau ada yang mendirikan toko bangunan sendirian, sudah pasti tidak sesukses kalau bersama-sama dalam satu area,” ujar Menpar dalam keterangannya di Jakarta, Senin (12/6).

Hal ini disampaikannya untuk menanggapi pelaksanaan Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) 2017 di Nusa Dua Bali pada 7-11 Juni 2017 lalu.

Memang, kata Menpar Arief Yahya, rivalnya banyak, persaingannya ketat. Tetapi kesempatan untuk mendapatkan revenue dari transaksi lebih besar. Karena itu dia minta BBTF jangan membatasi diri, jangan eksklusif, jangan berpikir hanya mengejar quality tourism.

"Jangan dikotomi antara mass tourism dan high end market, dua duanya kita membutuhkan," ujarnya. 

Dia mencontohkan pengalamannya menjadi komisaris Telkomsel selama 10 tahun, yang mengelola market dengan spending rata-rata per bulan hanya 35 ribu, sebulan revenue-nya bisa Rp 5T. Bandingkan dengan quality market, premium customers yang satu pihak spending-nya bisa Rp 1M per bulan.

"Jumlahnya kan kecil, setahun hanya Rp 5T. Sama dengan sebulannya yg mass product," kata Arief Yahya. 

Pointnya, jangan didikotomi. Dua-duanya dikembangkan. "Jangan merasa yang benar hanya yang menggarap premium customers, lalu menganggap yang mass tourism seperti kafir dan salah!" ujarnya.