Pasar Sore Ramadhan UGM Peluang Bisnis Penjaja Takjil

:


Oleh MC Kabupaten Sleman, Rabu, 7 Juni 2017 | 10:31 WIB - Redaktur: Tobari - 1K


Sleman, InfoPublik - Menikmati suasana kampus sambil menunggu waktunya berbuka puasa bisa dirasakan di Pasar Sore Ramadhan UGM. Deretan pedagang yang menjajakan aneka snack takjil sudah memenuhi seputaran jalan lingkar timur UGM mulai dari hari pertama Ramadhan berlangsung.

Lokasi ini tak pelak menjadi lokasi favorit bagi para mahasiswa, warga setempat, bahkan warga luar daerah yang ingin menunggu datangnya adzan maghrib.

Di sana, kita bisa menemukan beragam minuman dan panganan kecil, seperti Es Buah, Es Tebu, Es Nangka, Sempol Ayam, Batagor, Siomay, Sosis Bakar, dan jajan pasar lainnya. 

Ketua Umum Paguyuban Ngabuburit UGM Yoga Adi Pratama menuturkan, bahwa setidaknya terdapat ratusan pedagang yang berjualan di Pasar Sore Ramadan UGM ini. “Ada sekitar 300-400 pedagang, dan yang jualan  banyak dari orang-orang luar,” tuturnya saat ditemui di lokasi Pasar Sore, Kamis (1/6).  .

Pedagang-pedagang ini membuka lapak jualannya mulai dari pukul 16.00 hingga pukul 19.00 WIB. Beberapa pengunjung bahkan sudah mulai berdatangan sebelum stand-stand jajanan lengkap berdiri.

Kepopuleran pasar yang rutin digelar tiap Ramadhan ini pun diungkap oleh Nada Fadila, mahasiswa UNY angkatan 2015. “Banyak teman-teman sering ngomong, sering ngajakin nyari takjil di sini, di Pasar Ramadhan ada banyak gitu,” ungkap Nada.

Nada menambahkan selain jenis jajanan yang cukup beragam, harganya pun tergolong wajar bagi para mahasiswa. “Kalau harga masih normal Rp7.000-Rp8.000, jadi belum tinggi-tinggi banget, masih wajar lah kalau buat mahasiswa,” tambah Nada.

Selain memudahkan bagi mahasiswa atau warga yang ingin mencari alternatif jajanan buka puasa, Pasar Sore Ramadhan UGM juga merupakan sarana bagi para pedagang untuk mengumpulkan pundi-pundi uang.

Pedagang Es Nangka, Rogus, mengaku bahwa tiap harinya ia bisa mengantongi uang sebesar Rp250.000 hanya dalam waktu 3 jam buka. ”Kemarin itu rata-rata Rp250.000, ada sekitar 75 cup lah.” tutur pria asal Wirobrajan ini.

Peluang ini jugalah yang dilihat oleh penjaja Nasi Nagih, Sheila, yang mengatakan bahwa ia sengaja mengawali bisnis kulinernya lewat Pasar Sore Ramadhan UGM. “Inginnya sih berkelanjutan bisnisnya sambil liat pasar dulu,” katanya.

Seharinya Sheila menargetkan terjual paling tidak 20 porsi Nasi Nagih. Ini ia usahakan dengan melakukan promosi melalui media sosial. “Sementara ini sih lewat Instagram @nasinagih,” lanjut alumnus dari Akademi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta ini. (***/MC Sleman/toeb)