Swiss Diminta Tingkatkan Investasi Industri di Indonesia

:


Oleh Wawan Budiyanto, Kamis, 25 Mei 2017 | 18:49 WIB - Redaktur: Juli - 716


Jakarta, InfoPublik - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengajak sejumlah pimpinan perusahaan asal Swiss untuk meningkatkan investasi di Indonesia sekaligus bermitra dengan para pengusaha dalam negeri.

Sejumlah industri Swiss yang telah ada di Indonesia antara lain sektor farmasi dan kosmetika, olahan susu, makanan dan minuman, serta permesinan.

“Meminta agar mereka terus ekspansi karena seiring pemerintah Indonesia mengeluarkan paket-paket kebijakan ekonomi yang dapat memudahkan untuk menjalankan bisnis,” kata Airlangga usai bertemu Duta Besar Swiss untuk Indonesia Yvonne Bauman beserta Delegasi Pengusaha Swiss di Jakarta, Rabu (24/5).

Beberapa perusahaan yang hadir, di antaranya PT. Nestle Indonesia, PT. SGS Indonesia, PT. Endress+ Hauser Indonesia, PT. Givaudan, PT. Sandmaster Asia Indonesia, PT. Roche Indonesia, PT. Novartis Indonesia, dan PT. Syngenta Indonesia

Menperin mengungkapkan, kedua belah pihak berdiskusi mengenai upaya untuk menghilangkan hambatan baik dari sisi regulasi maupun produksi dari masing-masing sektor industri. “Pembahasan daftar negatif investasi dan mendorong tingkat kandungan lokal pada bahan baku,” ujarnya.

Pemerintah, lanjut Airlangga, telah menjalankan peraturan tentang Penerbitan Surat Izin UsahaPerdagangan dan Tanda Daftar Perusahaan Secara Simultan Bagi Perusahaan Perdagangan. Hal tersebut memudahkan pelaku usaha karena aplikasinya dapat dilakukan secara online dan simultan. Kedua dokumen tersebut dapat terbit dua hari setelah aplikasinya dilengkapi.

Pemerintah Indonesia berkomitmen memacu pembangunan industri farmasi dan alat kesehatan. Aturan ini termasuk pemberian insentif fiskal untuk perusahaan yang melakukan bisnis di bidang farmasi serta mendapatkan fasilitas perdagangan bebas di dalam negeri. 

“Industri ini membutuhkan pasokan bahan baku yang kontinyu, seperti gula.Tentunya kami akan membedakan gula untuk industri dengan yang untuk konsumsi di dalam regulasinya nanti,” jelasnya.

Di samping itu, Indonesia-Swiss telah sepakat bekerja sama di bidang pendidikan vokasi industri yang menerapkan model Dual Vocational Education and Training (D-VET) system. Dalam hal ini, Kemenperin menyiapkan tenaga kerja yang terampil sesuai kebutuhan industri saat ini sekaligus untuk menghadapi era Industry 4.0.

Dubes Swiss menyampaikan, pihaknya mengapresiasi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini. “Dengan kondisi yang semakin kondusif, tentu dapat menguatkan kerja sama bilateral,” katanya.

Menurutnya, hal tersebut akan membuat pelaku industri Swiss turut berperan dalam pengembangan potensi ekonomi di Indonesia sehingga pertumbuhannya bisa lebih tinggi.

Yvonne pun mengakui, Indonesia memiliki potensi pasar yang cukup menggiurkan karena dengan jumlah penduduk yang besar. “Wajar, jika banyak negara tertarik untuk menjalin kerja sama, termasuk Swiss,” sebutnya. 

Apalagi, peringkat investment grade yang diberikan S&P dipercaya akan mendongkrak aliran dana investasi asing ke Indonesia.

“Saat ini, sebanyak 150 perusahaan Swiss telah beroperasi di Indonesia dengan total penyerapan tenaga kerja mencapai 60.000 orang. Kami harap dapat terus menjadi mitra usaha bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia,” ungkapnya.

Kemenperin mencatat, dalam empat tahun terakhir, investasi Swiss di Indonesia telah mencapai USD 4,5 miliar. Pada tahun 2015, nilai perdagangan Indonesia-Swiss sebesar USD 1,7 miliar atau meningkat tajam sebanyak 124 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan, kinerja ekspor Indonesia ke Swiss sebesar USD 1,07 miliar dan impor Indonesia dari Swiss sekitar USD 0,63 miliar.

Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Harjanto mengatakan, kerja sama dalam bidang ekonomi antara dua negara telah terimplementasi di berbagai bidang seperti industri pengolahan, pariwisata, pertanian, pendidikan dan penerbangan.

Hubungan bilateral yang semakin erat ini ditandai dengan adanya beberapa kerja sama yang telah diimplementasikan dan adanya inisiatif kerja sama lanjutan, yang semuanya itu bermanfaat bagi kedua belah pihak.

“Saat ini, Comprehensive Economic Partnership antara Indonesia dan Swisss sedang dinegosiasikan dalam bentuk Indonesia dan European Free Trade Association (EFTA), dimana Swiss menjadi salah satu anggota,” ungkapnya.

Negosiasi tersebut menjadi satu paket dengan nama Indonesia-EFTA Comprehensive Partnership Agreement (IE-CEPA). “Semoga negosiasi ini nantinya dapat berjalan lancar dan memberikan keuntungan ekonomi bagi kedua negara,” tutur Harjanto.