Empat Sekda Dari Jawa Belajar Pengembangan Bawang Merah Di Enrekang

:


Oleh Admin MC Enrekang, Jumat, 19 Mei 2017 | 14:26 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 440


Enrekang, InfoPublik-Wakil Bupati Enrekang, HM Amiruddin, menerima rombongan dari Bank Indonesia (BI) dan Sekda dari empat kabupaten di Pulau Jawa, Rabu (17/5). Pertemuan ini dalam rangka sharing informasi program kerjasama pengembangan klaster pemicu inflasi daerah (klaster bawang merah).

Rombongan terdiri atas Kepala Bank Indonesia PTW Kabupaten Purwokerto, Ramdan Deni Prakoso; Manager Bank Indonesia, Purwokerto Joko Juniwarto; Sekda Kabupaten Banjarnegara, Fakhruddin Slamet Susiadi; Sekda Banyumas, Wahyu Budiman; Sekda Cilacap, Sutarjo; Sekda Kabupaten Purbalingga yang diwakili oleh Kadis Pertanian, Lily Purwati; dan beberapa Kabiro dari Bank Indonesia.

Kunjungan mereka dalam rangka meninjau klaster bawang merah di Marena, Desa Pekalobean, Kecamatan Anggeraja, dan cabai rawit di Kecamatan Curio binaan Bank Indonesia (BI) Makassar.

Kabid Holtikultura Kabupaten Enrekang, Additional, mengatakan, kunjungan tersebut semacam studi banding untuk melihat perkembangan bawang merah dan cabai. Pasalnya, Enrekang masuk urutan ke empat dari kabupaten penghasil bawang merah di Indonesia.

“Enrekang masuk urutan keempat setelah Brebes, Bima, dan Nganjuk kemudian Probolinggo. Produksi bawang merah kita tahun 2016 sebanyak 8.500 ton dengan lahan tanam 8.500 hektar. Harga bawang merah pada saat itu rata-rata 20 ribu/kg berarti nilainya Rp 1,7 triliun,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Bupati HM Amiruddin, mengatakan, kunjungan ini adalah hal yg bagus. Kunjungan ini minimal bisa sharing untuk saling memberikan informasi dan menciptakan strategi agar kita sebagai pemasok bawang merah tidak dipermainkan oleh para tengkulak.

“Selain itu, saling berkomunikasi mengambil langkah stratengi agar petani tidak dirugikan. Kebetulan yang hadir adalah penghasil bawang merah sehingga kita bisa melahirkan ide-ide yang bisa menghidupkan petani,” kata Amiruddin.

Ia menambahkan, harus ada langkah-langkah yang lebih strategis dan melibatkan semua orang yang berkaitan dengan kesejahteraan petani bawang. Permasalahan utama adalah terjadinya fluktuasi harga sistem distribusi yang seharusnya.

“Jika produksi bawang kita melimpah, jangan ada import bawang merah. Harus mengatur jadwal tanam untuk mencegah harga bawang tidak anjlok secara drastis,” tutupnya.(MC.Enrekang/Eyv)