Mengenal Filosofi Menghunus Keris Dan Tata Caranya

:


Oleh MC Kabupaten Sumenep, Rabu, 17 Mei 2017 | 18:23 WIB - Redaktur: Tobari - 2K


Sumenep, InfoPublik -  Keris hingga saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari tradisi dan budaya masyarakat Madura, dan Sumenep pada khususnya. Terlepas dari beragam kepercayaan tentang keris, ada beberapa hal yang banyak tak diketahui mengenai filosofi keris, di samping pamor..

Terbukti, beberapa tahun lalu, kota paling timur di Pulau Garam ini bahkan menyandang sebutan Kota Keris. Memakai keris sebagai aksesoris busana juga merupakan tradisi bagi kalangan tertentu.

Dulu, di masa keraton, keris dipakai oleh kalangan bangsawan, terutama raja atau adipati. Terlepas dari beragam kepercayaan tentang keris, ada beberapa hal yang banyak tak diketahui mengenai filosofi keris, di samping pamor.

“Ya, salah satunya filosofi menghunus keris,” kata pakar pusaka di Sumenep, RB. Abdurrahman, pada Media Center, Rabu (17/5).

Menghunus atau mengeluarkan keris dari sarung atau warangkanya, menurut Abdurrahman, memiliki tata cara tersendiri. Meski hal itu pekerjaan mudah dan setiap orang yang memiliki kedua belah tangan bisa melakukannya.

“Tidak asal mencabut. Jadi ada aturannya. Terutama di hadapan orang lain. Jika sekadar ingin mengetahui isinya, maka yang ditarik duluan ialah warangkanya,” kata warga Desa Pamolokan ini sambil mempraktekkan.

Nah, jika yang ditarik duluan itu kerisnya, menurut Abdurrahman, itu menunjukkan siap bertarung. “Kalau dulu itu artinya mau bertarung dengan senjata. Jadi semacam tantangan,” katanya. (M Farhan/Esha/Fer/toeb )