Ekonomi Faktor Utama Terjadinya KDRT di Pangkep

:


Oleh MC Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Selasa, 16 Mei 2017 | 10:04 WIB - Redaktur: Tobari - 1K


Pangkep, InfoPublik - Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) khususnya terhadap perempuan dan anak di Pangkep, dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun faktor ekonomi, diyakini oleh banyak pihak, menjadi terdepan dalam persoalan ini. 

Untuk menekan angka kekerasan yang terus meningkat, beberapa pihak pun mengharap peran aktif pemerintah, dalam hal ini Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Pangkep dan juga masyatakat.

"Kasus kekerasan terhadap perempuan biasanya lebih banyak karena faktor ekonomi. Namun bila terkait dengan kekerasan anak, teknologi juga bisa menjadi penyebab," ungkap Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengembangan Aisyiah, Nany Rahcman, Kamis (12/5).

Dikatakan Nany, dari penelitian yang dilakukannya baru-baru ini, didapatkan data, bahwa hampir 80% perempuan berkeluarga, mengaku, bahwa penyebab cekcok dengan suami adalah karena faktor ekonomi.

"Untuk itu, peran Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) harus lebih dimaksimalkan, untuk mensosialisasikan pencegahan KDRT maupun kekerasan pada anak. Bila perlu libatkan ormas, seperti Aisyiah dan Muslimat," kata Nany.

Sementara itu, Kanit PPA Polres Pangkep Iptu Muchtar mengaku hingga awal Mei 2017 ini, pihaknya telah menangani sedikitnya 20 kasus. Baik yang melibatkan perempuan maupun anak. Dia menuding minimnya sosialisasi yang dilakukan DP3A Pangkep, menjadi salah satu faktor.

"PPA Polres Pangkep terkesan hanya jadi penyedia data bagi DP3A, terkait jumlah kasus yang ditangani. Sayangnya, kita tidak pernah dilibatkan, maupun mendengar kegiatan sosialisasi, pencegahan, untuk menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Pangkep," ujar Muchtar.

Terpisah, Plt Kepala DP3A Kabupaten Pangkep, Suhartini Jafar, mengakui bahwa kekerasan ekonomi menjadi salah satu indikator KDRT. Namun kata Dia, sejauh ini pihaknya telah banyak melakukan kegiatan sosialisasi dan pencegahan.

"Walaupun bukan kegiatan khusus, namun kita selalu selipkan, sosialisasi dan pencegahan, guna meminimalisir kekerasan terhadap perempuan dan anak," aku Suhartini.(mujib/edi/toeb)