DKP Provinsi Jatim Lakukan Inovasi Peningkatan Produksi Garam

:


Oleh MC Provinsi Jawa Timur, Senin, 8 Mei 2017 | 20:58 WIB - Redaktur: Tobari - 382


Surabaya, InfoPublik - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Timur membuat sejumlah inovasi, dalam rangka mengantisipasi kemarau basah yaitu cuaca yang menjadi satu di antara penyebab turunnya produksi garam pada tahun tersebut.

Kepala DKP Jatim Heru Tjahjono ditemui di kantornya, Senin (8/5), mengatakan, anjloknya pendapatan produksi garam di tahun lalu menjadi salah satu pelajaran penting pihaknya untuk menciptakan inovasi baru. Bagaimana tidak, produksi garam di 2016 silam anjlok lebih dari 90% dari tahun sebelumnya.

Pada tahun 2015 lalu, produksi garam di Jatim bisa mencapai 1,1 juta ton. Bukan hanya surplus sekitar 95.000 ton, dengan produksi sebanyak itu, Jatim dapat menyokong  hingga sepertiga dari total konsumsi garam di tingkat nasional. Sementara untuk level nasional, total konsumsi garam sebesar 3,4 juta ton dan 150.000 di antaranya digunakan di Jatim.

Berbeda halnya dengan produksi garam pada tahun 2016 lalu. Selama setahun, Jatim hanya bisa memproduksi garam sebesar 98.000 ton. Bahkan, untuk menutup defisit penggunaan garam, Jatim sampai harus melakukan impor.

Buruknya capaian produksi garam di 2016 silam, juga sempat menjadi salah satu catatan DPRD Jatim dalam persetujuan Laporan Keterangan Pertangungjwaban (LKPJ) Pemerintah Provinsi Jatim pekan lalu. Beberapa anggota dewan meminta pemrov untuk membuat terobosan agar peningkatan produksi garam bisa dilakukan.

Heru menjelaskan, bahwa salah satu alasan terbesar buruknya produksi garam di Jatim disebabkan cuaca yang didominasi oleh musim penghujan atau kemarau basah. Akibatnya hujan, petani enggan memproduksi garam.

Untuk masalah itu, Heru pun mengatakan bahwa inovasi yang dilakukan pihaknya adalah dengan membuat ruang rekayasa anti hujan. "Saya menganggap bahwa alasan turunnya jumah produksi garam karena disebabkan musim hujan yang berkepanjangan adalah alasan yang basi. Dengan terobosan ini, saya meminta petani melupakan masalah cuaca," ujar Heru.

Ada tiga inovasi yang disiapkan oleh DKP Jatim. Yakni, rumah garam, geomembran, dan Teknologi Ulir Filter (TUF). Ketiga inovasi yang dibuat bekerjasama dengan Universitas Trunojoyo (Unijoyo) tersebut memungkinkan para petani garam dapat memproduksi garam tanpa bergantung dengan cuaca.

Sebab, proses produksi akan dilakukan di dalam ruangan sehingga tak akan terganggu oleh hujan. "Teknologi yang terbaru ini bisa mmebuat para petani memproduksi garam sepanjang tahun tanpa perlu bergantung dengan cuaca," ujarnya.

Tahun ini, proyek tersebut masih dalam tahap proses pilot project dan sosialisasi ke beberapa kelompok petani garam di Jawa Timur. Harapannya, tiga tahun mendatang seluruh petani garam di Jatim yang memilkiki lahan dengan total 11,3 juta hektare dapat menerapkan aplikasi ini.

Untuk merangsang para petani mengadopsi teknologi tersebut, saat ini DKP telah memberikan bantuan dalam bentuk hibah ke-16 kelompok petani di sembilan kabupaten maupun kota di Jatim.

Jumlah dana hibah tersebut mencapai Rp2 miliar. Harapanya, setelah mengetahui keberhasilan petani yang menerapkan teknologi tersebut, kelompok petani lain mau untuk ikut menerapkannya.

"Gambarannya saja, selama dua bulan (Maret dan April) kami membuat pilot project, kami sudah mampu memproduksi 2 ton garam. Padahal, cuacanya masih penghujan. Hal ini yang menurut kami bisa ditiru petani garam lain," kata Heru. (MC Diskominfo Prov Jatim/non-jal/toeb)