Dawit Isaak, Pemenang Anugerah Guillermo Cano 2017

:


Oleh Irvina Falah, Rabu, 3 Mei 2017 | 21:20 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 411


Jakarta, InfoPublik - Puncak acara Hari Kemerdekaan Pers Dunia – yang berlangsung di Jakarta Convention Center 1-4 Mei 2017 – ditandai dengan pemberian Anugerah Guillermo Cano beserta hadiah uang sebesar US$25.000. 

Tahun ini pemenangnya adalah Dawit Isaak, wartawan asal Eritrea yang kemudian menjadi warga negara Swedia. Setelah Eritrea merdeka pada 1993, setahun kemudian ia kembali ke negara kelahirannya. Ia mendirikan Setit yang menjadi koran independen pertama di Eritrea. Media yang dipimpinnya menjadi media yang sangat kritis terhadap pemerintahan diktator. “Kalau Anda punya kesempatan untuk menulis, lakukan,’’ pesan Isaak. 

Tahun 2001 Isaak ditahan tanpa pernah diadili. Hingga kini ia masih berada di balik jeruji di kota Asmara, Eritrea. Anugerah Guillermo Cano diterima oleh anaknya Bethelem Isaak yang disampaikan oleh Dirjen UNESCO Irina Bokova. 

Anugerah pers yang bergengsi ini diambil dari nama seorang jurnalis asal Kolombia yang tewas dibunuh mafia narkoba pada 17 Desember 1986 silam di Bogota. Ia tewas diterjang berondongan peluru di depan kantor media El Espectador, tempat kerjanya.
 
Sejak tahun 1997, UNESCO setiap tahun memberikan anugerah yang mengambil nama Guillermo Cano yang diberikan kepada wartawan atau organisasi media di manapun di dunia ini yang mempertahankan atau mempromosi kemerdekaan pers sekalipun menghadapi intimidasi, ancaman, bahkan nyawa menjadi taruhannya – seperti halnya Cano yang tetap menjalankan profesinya sampai titik darah penghabisan. Ia memerangi kejahatan yang mengancam masyarakat Kolombia.
 
Tahun 2016 silam, pemenang Guillermo Cano Award di Helsinki, Finlandia adalah Khadija Ismayilova, seorang jurnalis perempuan yang bekerja untuk Radio Free Europe dari Azerbaijan yang melakukan investigasi mengenai korupsi di negaranya tapi malah diganjar hukuman 7,5 tahun penjara oleh Pemerintah Azerbaijan karena “menyalahgunakan kekuasaan dan menghindari kewajiban membayar pajak”.
 
Sementara pada tahun 2015, Mazen Darwish, wartawan dari Suriah yang dihukum penjara tiga oleh rezim Damaskus karena “mempromosikan terorisme”. “Saya meminta kepada pihak otoritas di Suriah untuk membebaskan Darwish,’’ ujar Irina Bokova Dirjen UNESCO, ketika itu dalam acara Hari Kemerdekaan Pers Dunia di Latvia, 2015 silam. Yara Bader, istri Darwish hadir menerima anugerah mewakili suaminya.


-    Selesai –


Media Center World Press Freedom Day 2017

#WPFD2017