Dendeng Itik Rina, Bertahan Di Tengah lesunya Ekonomi

:


Oleh Dinas Kominfo Kab Hulu Sungai Utara, Jumat, 21 April 2017 | 10:12 WIB - Redaktur: Kusnadi - 3K


Amuntai, InfoPublik – Berkunjung ke Kota Amuntai, kurang lengkap rasanya jika belum mencicipi kuliner khas ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalsel tersebut.

Sebagai daerah sumber plasma nutfah dan sentra peternakan itik Alabio (Anas plathycus Borneo), masyarakat Amuntai secara turun-temurun telah mengembangkan berbagai makanan olahan berbahan dasar daging itik (bebek) Alabio.  Diantaranya abon itiik, kerupuk itik dan dendeng itik.

Dendeng Itik merupakan salah satu produk makanan olahan khas Hulu Sungai Utara, berbahan dasar daging itik.

Dendeng itik mudah dijumpai di pasar tradisional setempat seperti pasar Amuntai, dijual pada kisaran harga seratus ribu rupiah per ekor.   

Barkatiah, salah seorang pengrajin dendeng itik yang tinggal di Kelurahan Sungai Malang Amuntai Tengah, sudah memulai usaha sejak tahun 1991, yang dikembangkan dari resep turun-temurun.   Setiap minggu sekitar 40 dendeng itik diproduksi.  Wilayah pemasaran tidak hanya di Hulu Sungai Utara, tapi sudah mencapai Kota Banjarmasin.

Salah satu keunggulan dendeng itik “Rina” produksi Barkatiah adalah diproduksi tanpa bahan pengawet buatan, rasa lebih gurih, karena ditambah resapan rempah-rempah yang membuat rasa lebih nikmat.

Akan tetapi Barkatiah mengeluhkan omzet dendeng itik yang akhir-akhir ini cenderung menurun.  Hal ini seiring menurunnya aktivitas pertambangan batubara di kabupaten tetangga.  Selama ini, konsumen dendeng itik Rina lebih banyak dari pekerja di sektor pertambangan batubara.

Kendala lain yang dihadapi Barkatiah adalah faktor cuaca yang tidak menentu.  Hal ini karena proses pengeringan masih menggunakan sinar matahari untuk mendapatkan kualitas produk yang optimal, walaupun membutuhkan proses yang cukup lama.

Walaupun sudah pernah mendapatkan pembinaan dari pemerintah berupa pelatihan tentang pemasaran dan bantuan alat press, penggiling bumbu, dan kotak kemasan, Barkatiah masih berharap adanya bantuan modal usaha untuk tetap bisa melestarikan kuliner khas Hulu Sungai Utara ini (Diskominfo/Ricky/Kus).