Kabupaten Gianyar Terpilih Jadi Anggota Organisasi Kota Pusaka Dunia

:


Oleh Astra Desita, Kamis, 13 April 2017 | 14:03 WIB - Redaktur: Juli - 338


Jakarta, InfoPublik -  Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali terpilih menjadi anggota Organisasi Kota Pusaka Dunia atau The Organization of World Heritage Cities (OWHC) menyusul kota Surakarta yang sudah masuk pada 2008 dan Denpasar pada 2013.

Penghargaan yang diterima Februari 2017 tersebut menjadikan Gianyar kini menjadi kota yang sejajar dengan 280 kota pusaka lain di dunia yang memiliki keunikan budaya sangat tinggi.

“Gianyar memiliki sejarah panjang sebagai akar budaya Bali,” tutur Catrini Pratihari Kubontubuh, Ketua Dewan Pimpinan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI), di Kemendikbud Jakarta, Kamis (13/4).

Catrini menjelaskan, sejak 246 tahun yang lalu tepatnya 19 April 1771 nama Gianyar dipilih menjadi nama sebuah keraton Puri Anyar oleh Dewa Manggis Sakti. Maka sejak itu sebuah kerajaan yang berdaulat dan otonom telah lahir serta ikut pentas dalam percaturan kerajaan-kerajaan di Bali.

Gianyar kata Catrini hingga kini menjadi salah satu kabupaten yang berhasil menjaga kelestarian budaya Bali. Seperti budaya subak, wayang, keris, pelestarian lebih dari 2.700 pura dan lainnya. Dengan 98 persen penduduk beragama Hindu, Gianyar juga terbuka bagi penduduk beragama lain untuk berbaur di wilayah tersebut.

Sementara itu Bupati Gianyar Anak Agung Gde Agung Bharata mengakui untuk melestarikan budaya di kabupaten Gianyar tidak mudah. Tantangan terberat adalah godaan uang yang dibawa orang asing untuk membeli lahan atau tanah warga setempat. Lahan-lahan yang semula berdiri warisan budaya, dirobohkan untuk disulap menjadi bangunan modern.

“Daya tarik Bali sangat kuat, godaan yang dihadapi warga Bali juga kuat, dan kini banyak tanah Bali yang berganti kepemilikan baik asing maupun lokal karena tergiur dollar,” ungkap Bupati Gianyar.

Sementara itu Dewan Pembina BPPI Hashim Djojohadikusumo, mengapresiasi terpilihnya Gianyar menjadi anggota OWHC. Menurut dia tidak mudah mencari kepala daerah yang memiliki kepedulian tinggi pada budaya daerah.

Indonesia memerlukan teladan dari Gianyar sebagai kota pusaka yang bisa memberikan inspirasi bagi kota-kota lainnya dalam mengedepankan kebijakan pemerintah daerah yang berpihak pada keberlanjutan sejarah panjang kotanya, di antara keprihatinan terhadap berbagai penghancuran dan perusakan cagar budaya saat ini.

“Saya berharap terpilihnya Gianyar sebagai anggota OWHC mendapat dukungan seluruh penduduknya sehingga upaya pelestarian budaya menjadi lebih optimal. Jangan sampai godaan uang mengalahkan,” tutur Hasyim.

Hashim juga mengingatkan merenovasi dan melestarikan benda budaya juga akan mendatangkan nilai ekonomi bagi penduduk suatu wilayah. Sehingga dengan harapan masyarakat tidak mudah melepaskan hak lahannya untuk mendukung munculnya bangunan modern.

“Kita lihat masyarakat Nepal, mereka jauh lebih miskin dari Indonesia. Tapi mereka sanggup menjaga kelestarian budaya lokalnya,” tegas Hashim.

Terpilihnya Kabupaten Gianyar menjadi anggota OWHC saat ini, artinya kedudukan Gianyar sejajar dengan 280 kota pusaka lainnya di dunia.

Sementara itu Dokumentasi Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kemdikbud, Ninies mengatakan kemajuan bangsa Indonesia sangat ditentukan oleh pembangunan kebudayaan, dalam hal ini kota-kota pusaka seperti Gianyar memiliki peran penting dalam melaksanakan pembangunan berlandaskan kebudayaan yang sangat kaya dan belum tentu dimiliki oleh bangsa lain.