Pemprov Rencanakan Sertifikasi Relawan Penanggulangan Bencana

:


Oleh MC Provinsi Jawa Timur, Senin, 27 Maret 2017 | 18:22 WIB - Redaktur: Tobari - 317


Surabaya,  InfoPublik - Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan meningkatkan penguatan tata kelola penanggulangan bencana dengan menggandeng seluruh komponen termasuk dunia usaha.

“Di antara upaya yang dilakukan, yakni melakukan sertifikasi relawan penanggulangan bencana,” kata Wakil Gubernur Jawa Timur H Saifullah Yusuf dalam Diskusi Publik 'Membedah Tata Kelola Bencana di Jawa Timur' di Hotel Santika Surabaya, Senin (27/3).

Dalam penanganan bencana, pihaknya berencana menyatukan semua komponen dan kelompok relawan yang peduli pada bencana, karena selama ini terkesan berjalan sendiri-sendiri saat membantu penanggulangan bencana. "Nanti kita satukan bersama, kita ingin berintegrasi dan semua relawan juga harus bersertifikat," ujarnya.    

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur menyebutkan, sebanyak 29 kabupaten/kota di Jatim merupakan daerah yang berisiko tinggi bencana.

Risiko tinggi bencana yang dihadapi ke-29 daerah itu tidak sama. Ada yang rawan bencana tanah longsor, banjir, puting beliung, gempa dan gunung berapi. Bencana terbanyak adalah banjir. Ada juga bencana kekeringan dan kebakaran hutan.

Ke-29 daerah itu adalah Lumajang, Malang, Jember, Banyuwangi, Pacitan, Pasuruan, Blitar, Sumenep, Tulungagung, Trenggalek, Probolinggo, Pamekasan, Kediri, Tuban, Gresik, Lamongan, Situbondo, Surabaya, Bondowoso, Bangkalan, Mojokerto, Ponorogo, Madiun, Jombang, Sampang, Nganjuk, Magetan, Bojonegoro dan Sidoarjo.

Ke-29 kab/kota ini yang dominan terjadi bencana, kata Wagub Jatim Saifullah Yusuf. Sementara itu, ada 13 daerah yang sering terjadi banjir jika musim hujan tiba, yakni Ngawi, Madiun, Lamongan, Tuban, Gresik, Mojokerto, Pasuruan, Bondowoso, Sampang, Ponorogo, Pamekasan, Bojonegoro dan Surabaya.

Sementara bencana dan gunung meletus, terjadi di enam daerah, masing-masing Blitar, Lumajang, Kediri, Malang, Probolinggo dan Pasuruan. Sedangkan, bencana puting beliung hanya terjadi di empat daerah, Ponorogo, Situbondo, Sidoarjo dan Bangkalan.

"Yang tak bisa terdeteksi itu bencana gempa. Sampai sekarang kita tidak punya alat yang mampu mencegah terjadi gempa. Kalau puting beliung dan gunung meletus sudah bisa diketahui dengan alat deteksi yang sudah kita miliki," jelasnya.

Secara keseluruhan, selama tahun 2016 di Jatim terjadi 386 bencana, dari 2.384 bencana yang terjadi di Indonesia. "Sebanyak 98% adalah bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, puting beliung) mendominasi total kejadian bencana di Jatim," ungkap Gus Ipul.

Dalam kesempatan itu, Gus Ipul juga menyampaikan update bencana banjir yang masuk pada, Senin (27/3) pagi, di wilayah Kab Mojokerto. Banjir terjadi di wilayah Kec Mojoanyar setinggi 100 cm dan di wilayah Desa Jotangan Kecamatan Mojosari setinggi 80-90 cm.

Titik pengungsian berada di Kantor kec Mojoanyar dengan jumlah pengungsi 77 Jiwa dan di balai desa Sadartengah dengan jumlah pengungsi 7 jiwa. BPBD setempat menyiapkan unit dapur lapangan ditempatkan di titik pengungsian Kecamatan Mojoanyar. (MC Diskominfo Prov Jatim/non-mad/toeb)