Modernisasi Sistem Navigasi, AirNav Indonesia Siapkan Rp800 M

:


Oleh Dian Thenniarti, Sabtu, 11 Maret 2017 | 16:13 WIB - Redaktur: Juli - 1K


Jakarta, InfoPublik - Banyak kemajuan yang dicapai Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau AirNav Indonesia dalam usianya yang baru akan menginjak tahun ke-5 namun sejumlah tantangan juga harus siap dihadapi lembaga negara yang didirikan pada 13 September 2012 tersebut.

Kemampuan mengelola layanan navigasi di seluruh kedaulatan wilayah Indonesia menjadi salah satu tantangan yang harus dijawab Airnav Indonesia, termasuk mengambil alih layanan navigasi dari pengelolaan negara lain. 

Direktur Utama Airnav Indonesia Novie Riyanto mengungkapkan, modernisasi peralatan dan sistem navigasi penerbangan menjadi jawaban untuk menghadapi tantangan tersebut. 

"Airnav Indonesia menyiapkan anggaran sebesar Rp2,14 triliun untuk belanja modal (capital exenditure) pada tahun ini. Dari jumlah tersebut, terdapat Rp800 miliar untuk memodernisasi (perbaharui) seluruh peralatan dan sistem navigasi penerbangan di wilayah Indonesia Barat. Modernisasi tersebut bagian dari program Indonesia Modernisation Air Navigation Services (IMANS)," jelasnya.

Lebih lanjut Novie Riyanto mengatakan, proyek modernisasi seluruh perlatan di wilayah Indonesia Barat atau New Jakarta Air Traffic Service Center (JATSC) sudah mulai dilakukan.

Disebutkan pengelolaan arus lalu lintas udara di Indonesia dibagi menjadi dua wilayah ruang udara. Untuk kawasan barat Indonesia, pengelolaan arus lalu lintas udara dilakukan Jakarta Air Traffic Service Center (JATSC) di Jakarta. Sementara untuk pengelolaan arus lalu lintas udara di kawasan timur Indonesia dikelola oleh Makassar Air Traffic Service Center (MATSC) di Makassar, yakni mulai dari Semarang hingga Papua.

Meski begitu, sistem pengelolaan navigasi penerbangan MATSC lebih mutakhir ketimbang dengan JATSC. Pasalnya, MATSC telah menggunakan sistem Top Sky, dimana sistem pemandu pesawat tersebut juga digunakan oleh Singapura dan Australia.

Pekerjaan New JATSC tersebut terbagi dalam dua tahap. Pada tahap pertama, AirNav akan memodernisasi sistem dan peralatan JATSC. Rencananya, pekerjaan tersebut akan rampung pada akhir 2018. Kemudian di tahap kedua, AirNav akan membuat sistem back up untuk JATSC dan MATSC, termasuk di dalamnya pengadaan alat simulator dan tes sistem. Pekerjaan pada tahap kedua dijadwalkan selesai pada 2019.

"Kami optimistis modernisasi sistem dan peralatan ini akan membuat layanan navigasi AirNav Indonesia menjadi lebih baik, dan mampu bersaing dengan negara tetangga, seperti Singapura dan Australia," tuturnya.

Menurut Novie, modernisasi sistem dan peralatan navigasi penerbangan di JATSC juga merupakan bagian dari upaya AirNav untuk mengelola ruang udara di Natuna atau sektor ABC, dimana saat ini masih dikelola oleh Singapura. Terkait pengelolaan ruang udara di sektor ABC, AirNav Indonesia telah menyatakan kesiapannya mengambil alih. 

Untuk diketahui, Area Sektor A mencakup wilayah di bagian utara Singapura, Sektor C mencakup bagian utara, dan Sektor B adalah daerah sekitar Laut China Selatan. Berdasarkan informasi yang dihimpun, Pengelolaan tata ruang udara Sektor C yaitu di ketinggian di atas 24.500 kaki masih diatur oleh Singapura, sedangkan ketinggian di bawah 24.500 kaki, dikelola oleh Malaysia.

Ia menjelaskan, untuk mengambil alih sektor tersebut, pihaknya akan berkoordinasi lebih dalam dengan Kementerian Luar Negeri hingga Kementerian Pertahanan. Selain itu, Airnav Indonesia juga akan terus meningkatkan pelayanan.

"Kita akan selesaikan dalam pelayanan navigasi, tapi ini kan bukan hanya pelayanan dan SOP, ada hubungan luar negeri dan pertahanan. Untuk itu hal lengkapnya, karena kami adalah pelaku, maka kami akan berbicara dengan pihak Singapura dan Malaysia," ujarnya.

Potensi penerimaan negara untuk sektor ABC tersebut, diyakininya akan lebih besar, lantaran lalu lintas penerbangan yang begitu besar untuk jalur utara ke selatan. Misalnya saja, penerbangan Australia ke Jepang, dan juga berbagai penerbangan melalui jalur tersebut.

"Kalau potensi penerimaan karena sektor ABC itu, tentunya besar. Untuk sektor A saja bisa Rp80 miliar-100 miliar (per tahun), kalau ditambah B dan C memang belum di hitung persisnya tapi pasti lebih banyak," katanya.

Selain itu, sambung Novie, Airnav juga akan mengakomodasi lalu lintas penerbangan wilayah barat dan timur. "Ini yang harus dibicarakan dengan terstruktur dengan Malaysia, itu ada di Undang-Undang (penerbangan) kita," ungkapnya.

Namun demikian, Novie Riyanto menegaskan, apapun yang dilakukan, agenda utama Airnav mengutamakan pelayanan dan memastikan keselamatan.

Pengambilalihan layanan navigasi udara di sektor ABC telah dituangkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) No. 55/2016 tentang Tatanan Navigasi Penerbangan Nasional.

Dalam peraturan yang diundangkan pada 3 Mei 2016 disebutkan bahwa AirNav akan mulai melayani sektor ABC secara penuh (full operation) pada 2019, atau lebih cepat dibandingkan dengan target sebelumnya pada 2023. Namun, Airnav menyatakan siap mempercepatnya.