Bekraf Pertemukan Pelaku Ekonomi Kreatif dengan Perbankan

:


Oleh Yudi Rahmat, Rabu, 1 Maret 2017 | 15:04 WIB - Redaktur: Elvira - 634


Jakarta, InfoPublik - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mempertemukan para pelaku ekonomi kreatif sub sektor aplikasi dan game dengan pihak perbankan melalui program Bekraf Financial Club (BFC) yang diselenggarakan di Jakarta, kemarin.

Menurut Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo, pelaku ekonomi kreatif aplikasi dan game memerlukan permodalan untuk mengembangkan usaha dan pihak perbankan perlu memahami nature bisnis dari sub sektor ini.

“Bekraf menyadari bahwa lembaga keuangan harus mengenal dan memahamai sub sektor yang dibiayai, maka kami menyelenggarakan BFC. Deputi Akses Pemodalan Bekraf berperan dalam mengenalkan dan mendekatkan pelaku ekonomi kreatif, sehingga portofolia pembiayaan perbankan pada pelaku ekonomi kreatif meningkat,”ucap Fadjar melalui siaran pers di Jakarta, Rabu (1/3).

Fajar menambahkan BFC bertujuan meningkatkan permodalan bagi pelaku ekonomi kreatif dari perbankan. Para pelaku ekonomi kreatif dari sub sektor aplikasi dan game memberikan pemaparan dihadapan perbankan dan mengharapkan terdapat pola pembiayaan yang sesuai oleh bank kepada sub sektor tersebut.

Kepala Biro Hukum dan Komunikasi Publik Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Mariaman Purba menjelaskan ekspertise yang dihadirkan dari sub sektor aplikasi yaitu CFO bukalapak.com Muhamad Fajrin Rasyid; Developer Kuassa Grahadea Kusuf dan Presdir PT Sigma Cipta Caraka Djarot Subiantoro. Sedangkan ekspertise sub sektor game yang menjadi narasumber yaitu Founder Agate Studio Aditya Dwi Permana; CEO Dicoding sekaligus Ketua Asosiasi Game Indonesia (AGI) Narenda Wicaksono dan CEO Ekuator Games sekaligus Deputi Akses Jaringan dan Permodalan AGI Cipto Adiguno.

CFO bukalapak.com Muhamad Fajrin Rasyid saat rapat persiapan BFC di Gedung Kementerian BUMN mengungkapkan bahwa income dan ekosistem usaha kreatif dari pelaku ekonomi kreatif sudah diketahui melalui aplikasi marketplace digital pada bukalapak.com.

“Dengan mengetahui kebutuhan sub sektor aplikasi dan game, kami berharap perbankan bisa menyediakan permodalan yang sesuai dengan model bisnis pelaku ekonomi kreatif sub sektor aplikasi dan game,”kata Fadjar.

Founder Agate Studio Aditya Dwi Permana menambahkan jaminan adalah kendala sub sektor game dalam mendapatkan pembiayaan. Hal ini dibenarkan oleh CEO Ekuator Games Cipto Adiguno bahwa sumber permodalan sub sektor game paling banyak berasal dari dana pribadi pelaku hampir tidak ada dari bank. Cipto berharap, ada akses permodalan dengan syarat dan metode yang jelas. “Bank relatif tidak accessible untuk pelaku sub sektor game karena development minim asset tangible yang dapat dijadikan jaminan,”ujar Cipto.

Cipto menambahkan selain itu, Kredit Usaha Mikro biasanya mengharuskan ada badan atau surat izin usaha serta sudah melakukan usaha di tempat yang sama selama beberapa waktu. “Sebagian besar developer adalah pribadi dan tidak terikat lokasi, mungkin lebih mirip home industry,” ungkapnya.