Angkatan Kerja Muda Indonesia Harus Berdaya Saing

:


Oleh MC Kota Palembang, Kamis, 23 Februari 2017 | 05:52 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 430


Palembang, InfoPublik - Tenaga kerja Indonesia harus berdaya saing agar tidak kalah dari negara lain. Apalagi di era globalisasi saat ini.

Dalam konteks regional, Indonesia harus siap pula menghadapi era perdagangan bebas, atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yang  telah dimulai sejak 1 Januari 2016.

Berlakunya MEA berkonsekuensi tidak ada lagi sekat bagi arus bebas modal, investasi, barang, jasa dan tenaga kerja, dari dan ke negara sesama negara ASEAN.

“Persaingan kian ketat. Terutama di bidang teknologi informasi komunikasi. Karena itu, kita butuh sumber daya manusia yang berdaya saing,” kata Kepala  Pusat Pengembangan Literasi dan Profesi Sumber Daya Manusia Informatika pada Badan Litbang SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika,  Hedi M Indris di acara pembukaan Sertifikasi Nasional Berbasis Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Informatika untuk Angkatan Kerja Muda, Rabu (22/2) di Hotel Aston, Palembang.

Menurut Hedi, ada tiga poin yang harus dimiliki tenaga kerja muda agar berdaya saing. Yakni pengetahuan, keahlian dan sikap. “Modal ijazah saja tidak cukup. Kamu bisa apa? Kemampuan kerja yang dibutuhkan sekarang.”

Sekarang programmer bukan dari lulusan pendidikan khusus. Ilmu yang didapat di bangku sekolah atau kuliah itu baru dasar. Sisanya harus aktif mencari di luar. Banyak juga orang yang tahu banyak sesuatu justru ketika belajar dari komunitas, kata Hedi.

Ia menerangkan, Indonesia secara demografi atau kependudukan sebetulnya sangat diuntungkan. Di mana, usia produktif penduduk negeri yang subur ini lebih banyak dari orang tua dan bayi yang lahir.

Namun di sisi lain, “bonus” demografi ini bisa menjadi beban, manakala lapangan kerja makin sempit, sementara kebutuhan harus terus terpenuhi.

Hedi memaparkan, data nasional mencatat lulusan SMK bidang Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK)  mencapai 270 ribu orang per tahun. Lulusan Diploma III bidang TIK sebanyak 100 ribu per tahun se-Indonesia.

“Jadi sertifikasi basis SKKNI ini sangatlah penting bagi angkatan kerja muda. Harus dimanfaatkan semaksimal mungkin,” ujar Hedi.

Sementara itu, Kasubbid Fasilitasi Sertifikasi Pusat Litbang Profesi SDM Informatika, Sujarwo, mengatakan, sertifikasi ini diikuti 75 peserta lulusan vokasional (SMK dan D III), dengan tiga  jurusan. Yakni junior office dan operator,  junior web programmer, dan network technician.

“Kenapa lulusan vokasional? Hal ini sesuai dengan keinginan dari Presiden Jokowi, untuk fokus pada pengembangan pelatihan vokasional. Dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informasi  memfasilitasi 13 ribu angkatan kerja muda se-Indonesia. Untuk di Sumsel sebanyak 250 angkatan kerja muda, tapi tahap ini baru 75 angkatan kerja muda,” Sujarwo menerangkan.

Ia menyebutkan SKKNI Bidang Informatika ini diselenggarakan untuk membantu para lulusan SMK, D3, D4, dan S1 yang belum bekerja dan tidak melanjutkan pendidikan dengan meluaskan kesempatan kerja dan meningkatkan keterampilan kerja bagi mereka.

“Mereka yang lulus sertifikasi diharapkan juga mampu berkontribusi dalam meningkatkan daya saing SDM di tingkat nasional, regional bahkan global,” kata Sujarwo.

Kepala Dinas Kominfo Provinsi Sumsel, Farhat Syukri, menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya, kegiatan sertifikasi berbasis SKKNI seperti ini sangatlah penting dalam menyiapkan angkatan muda dalam menghadapi fase digital. Kegiatan ini sangat diharapkan diselenggarakan di wilayah lain di Sumsel.

"Palembang sering menyelenggarakan kegiatan kelas dunia, juga kegiatan nasional. Alangkah baiknya juga apabila dilaksanakan tidak hanya di Palembang. Kabupaten/kota di luar Palembang juga membutuhkan,” ujar Syukri.

Kegiatan sertifikasi kompetensi ini dilaksanakan dalam bentuk penjelasan materi uji kompetensi, pra assesmen, uji kompetensi dan asssesment yang dipandu oleh Tim Asesor dipimpin oleh Direktur LSP Telematika, Victor Teeinathe. (Ratih/Hidayatullah)