Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih Dalam Sasaran

:


Oleh Irvina Falah, Kamis, 2 Februari 2017 | 17:02 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 314


Jakarta - Inflasi IHK bulan Januari 2017 tercatat sebesar 0,97% (mtm), lebih tinggi dari bulan lalu dan dibandingkan bulan Januari 2016 yang masing-masing sebesar 0,42% (mtm) dan 0,51%(mtm). Kenaikan inflasi tersebut terutama disumbang oleh kelompok administered prices dan kelompok inti. Sementara itu, inflasi volatile food tercatat relatif rendah. Secara tahunan, inflasi IHK mencapai 3,49% (yoy) masih berada dalam kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia, yaitu sebesar 4%±1% (yoy).

Inflasi administered prices pada bulan Januari 2017 mencapai 2,57% (mtm) atau 3,35% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya 0,97% (mtm) atau 0,21% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh kenaikan tarif perpanjangan STNK, tarif listrik, dan Bahan Bakar Khusus (BBK). Kenaikan tarif listrik disebabkan oleh adanya tariff adjustment sejalan dengan pelemahan nilai tukar dan peningkatan inflasi pada dua bulan sebelumnya, serta penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan daya 900 VA nonsubsidi. Sementara itu, kenaikan harga BBK seiring dengan peningkatan harga minyak dunia.

Inflasi inti bulan Januari 2017 tercatat sebesar 0,56% (mtm) atau 3,35% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 0,23% (mtm) atau 3,07% (yoy). Komoditas utama penyumbang inflasi kelompok ini adalah tarif pulsa ponsel, sewa rumah, emas perhiasan, mobil, upah pembantu rumah tangga, nasi dengan lauk, dan kontrak rumah. Tarif pulsa ponsel terpantau mengalami kenaikan sejak bulan September 2016. Sementara itu, tarif sewa rumah pada bulan ini lebih tinggi dibandingkan historisnya seiring dengan kenaikan tarif listrik.

Inflasi volatile food pada bulan Januari 2017 tercatat sebesar 0,67% (mtm) meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,47% (mtm). Inflasi ini terutama bersumber dari komoditas cabai rawit, ikan segar, daging ayam ras, dan beras. Peningkatan harga cabai rawit terutama disebabkan karena pasokan yang terbatas akibat tingginya curah hujan. Secara tahunan, inflasi volatile food mencapai sebesar 4,13% (yoy).

Ke depan, inflasi akan tetap diarahkan berada pada sasaran inflasi 2017, yaitu 4±1%. Koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi perlu terus diperkuat terutama dalam menghadapi sejumlah risiko terkait penyesuaian administered prices sejalan dengan kebijakan lanjutan reformasi subsidi energi oleh Pemerintah, dan risiko kenaikan harga volatile food.

Jakarta, 1 Februari 2017
Departemen Komunikasi

Tirta Segara
Direktur Eksekutif