Indonesia Berpeluang Kembangkan Industri Kertas Nasional

:


Oleh Wawan Budiyanto, Selasa, 31 Januari 2017 | 11:31 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 1K


Jakarta, InfoPublik - Indonesia memiliki peluang besar untuk menggenjot sumbangan devisa dari pengembangan industri pulp dan kertas.

Hal ini dikarenakan Indonesia masih memiliki area bahan baku kayu dari Hutan Tanaman Industri (HTI) dan potensi bahan baku non-kayu dari limbah perkebunan dan pertanian, terutama tandan kosong kelapa sawit (TKKS). 

Hal ini disampaikan Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Agro, Kementerian Perindustrian Panggah Susanto di Jakarta, Senin (30/1).

“Dengan perkebunan kelapa sawit yang saat ini telah mencapai luas sekitar 11,3 juta hektare, tentunya potensi TKKS cukup besar,” kata Panggah pada acara Pengukuhan Kepengurusan Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Periode 2016-2021. 

Menurutnya, industri pulp dan kertas berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, antara lain dilihat dari kontribusi dalam perolehan devisa sebesar USD5,38 miliar pada tahun 2015.

Hingga September 2016 mencapai USD3,79 miliar atau menempati peringkat ke-7 sebagai penyumbang devisa terbesar dari sektor non-migas.  

“Industri pulp dan kertas juga menyerap sebanyak 260 ribu tenaga kerja langsung dan 1,1 juta tenaga kerja tidak langsung,” tambahnya.

Sejumlah proyek industri pulp dan kertas lainnya akan segera menyusul, yaitu Unit Produksi Kertas Tissue PT. OKI dengan kapasitas 500 ribu ton per tahun yang diperkirakan mulai berproduksi pada Juni 2018. Selain itu, proyek PT. Sateri Viscose International di Pelalawan Riau, yang akan memproduksi dissolving pulp untuk rayon dan kertas digital.

Panggah menegaskan, industri pulp dan kertas ditetapkan sebagai salah satu industri prioritas melalui Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional. Apalagi, Indonesia memiliki keunggulan komparatif terutama di bidang bahan baku dibandingkan dengan negara-negara pesaing yang beriklim sub tropis.

Penggah meminta kepada APKI agar potensi sumber daya alam yang tersedia didalam negeri dapat diproses menjadi produk-produk bernilai tambah tinggi, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup pada porsi yang tepat.

Sementara itu, Ketua Umum APKI Periode 2016-2021, Aryan Warga Dalam mengatakan, industri pulp dan kertas di Indonesia sudah cukup banyak yang menggunakan energi terbarukan dalam bentuk pemanfaatan kulit kayu, tandan kosong kelapa sawit, dan sebagainya. 

“Mesin-mesin baru yang jauh lebih efisien dalam penggunaan energi juga sudah cukup banyak digunakan seperti Combine Heat Power atau Cogen,” ujarnya.

Sementara dalam rangka mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan, mendekati musim kering yang masuk di bulan Februari, anggota APKI sudah siap dengan penyediaan peralatan dan pengaturan SDM. 

“Selain itu, mengingat makin meningkatnya kasus-kasus yang berkaitan dengan anti dumping dan safeguard untuk produk-produk kertas, kami juga telah melakukan antisipasinya dengan menjadikan isu-isu tersebut sebagai program prioritas,” papar Aryan.

Seperti diketahui, jumlah kapasitas terpasang industri pulp nasional pada 2017 meningkat dari 7,93 juta ton menjadi 10,43 juta ton per tahun. Sedangkan, jumlah kapasitas terpasang industri kertas nasional sebesar 12,98 juta ton per tahun. 

Saat ini, industri pulp dan kertas di dalam negeri sebanyak 84 perusahaan.

Tambahan kapasitas pulp tersebut dikontribusikan oleh PT. OKI di Sumatera Selatan sekitar 2,5 juta ton, yang akan mulai berproduksi secara komersial pada Februari 2017.