Menristekdikti: Indonesia Kekurangan 38 Ribu Dosen Kesehatan

:


Oleh Astra Desita, Senin, 23 Januari 2017 | 19:25 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 715


Jakarta, InfoPublik - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, (Menristekdikti) Mohamad Nasir, menegaskan Indonesia kekurangan 38 ribu dosen di bidang kesehatan, diantaranya pada program studi perawatan, kebidanan dan gizi.

"Masalah Kekurangan dosen ini disebabkan jumlah penyelengaraan pendidikan program S2 tumbuhnya tidak sesuai dengan jumlah permintaan," tutur Menristekdikti Mohamad Nasir, kepada para wartawan usai pertemuan dengan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) di Gedung Kemenristekdikti Senayan Jakarta, Senin (23/1).

Sehingga kata Nasir, kedepannya akan diberikan mandat kebeberapa perguruan tinggi untuk menyelenggarakan pendidikan program S2. Kalau PTS kredibilitasnya ok ya PTS nya boleh menyelenggarakan pendidikan program S2.

"Jadi nanti dosennya bisa diambil dari industri yang selama ini belum pernah masuk ke perguruan tinggi, permintaan dari Aptisi ada 15 PTS yang akan menyelenggaran pendidikan program S2," katanya.

Menurut Nasir, sewaktu pertama kalinya menjadi menteri, rasio jumlah dosen dan mahasiswa adalah 1 : 300, namun saat ini rata-rata rasionya sudah mencapai 1 : 70 serta 1 : 100 dan ini harus diperbaiki terus hingga mencapai angka ideal 1 : 40. Sedangkan untuk PTN rasionya 1 : 30 untuk sosial, esakta 1 : 20, untuk bahasa, sosial 1 : 45 dan esakta 1 : 30.

Nasir menambahkan permasalahan yang muncul di PTS diseluruh Indonesia disebabkan dosen di PTS mengalami kesulitan menyiapkan sumber daya program S2 dan ke depan Kemenristekdikti akan menyediakannya, sedangkan PTS menyiapkan sumber daya manusia.

"Jumlah dosen di Indonesia saat ini 250 ribu, sedangkan jumlah mahasiswanya mencapai 7 juta, sebenarnya ini sudah cukup. Namun karena ada PT yang jumlah dosennya sudah cukup, tapi jumlah mahasiswa bertambah dua kali lipat, maka dosen akan kekurangan terus. Kemudian juga ada PT kekurangan jumlah dosen terjadi terus menerus, di mana jumlah mahasiswa terus bertambah sedangkan jumlah dosennya tidak bertambah. Tapi kekurangan dosen ini relatif tidak terlalu jomplang setelah saya menjadi Menristekdikti," pungkas Mohamad Nasir.