Kemnaker dan Garda Bangsa Optimalkan Pemuda Indonesia

:


Oleh H. A. Azwar, Jumat, 20 Januari 2017 | 09:49 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 708


Jakarta, InfoPublik - Menteri Ketenagakerjaan Muhammad Hanif Dhakiri meyakini sinergi Kementerian Ketenagakerjaan dengan Garda Bangsa akan mampu mengoptimalkan pemuda Indonesia.

Guna mewujudkan hal tersebut, menurut Hanif, Kemnaker langsung mencanangkan empat program dengan sasaran anak muda maupun angkatan kerja muda.

Program pertama Kemnaker-Garda Bangsa, akan mendayagunakan tenaga kerja sarjana (TKS) yakni para sarjana yang baru lulus dan masih menganggur, untuk menjadi pendamping kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Kedua, pelatihan berbasis kompetensi (PBK) bagi angkatan kerja muda di Balai Latihan Kerja seluruh Indonesia dengan subsidi Kemnaker. Ketiga program pemagangan ke luar negeri seperti Jepang dan Korea Selatan agar kualitas angkatan kerja muda Indonesia meningkat.

“Program terakhir pemberdayaan tenaga kerja muda melalui pelatihan wirausaha dan pemberian bantuan sarana usaha (PBSU),” ujar Hanif pada acara Muspimnas DKN Garda Bangsa bertema “Optimalisasi Pendayagunaan Generasi Milenial” dalam Simposium Deradikalisasi dan Program Pembangunan Nasional di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (19/1).

Dijelaskannya, Garda Bangsa juga bisa berperan sebagai fasilitator penguatan pemuda yang memiliki skills, inovatif dan kreatif serta menjadi pendamping terhadap youth unemployment agar menjadi angkatan kerja yang tangguh dan berdaya saing global.

“Garda Bangsa juga bisa memberikan pendampingan terhadap pekerja-pekerja muda agar tidak disusupi oleh paham radikalisme,” jelas Hanif.

Hanif berharap Garda Bangsa memiliki solusi dalam menanggulangi deradikalisasi di kalangan anak muda Indonesia. “Anak muda tidak boleh menganggur, yang belum bekerja harus bekerja, yang sudah bekerja tetap bekerja dan yang bekerja harus sejahtera,” pesan Hanif.

Hanif mengungkapkan profil anak muda Indonesia yang berpotensi terjerumus radikalisme. Berdasarkan data Sakernas Agustus 2016, jumlah angkatan kerja muda (15-24 tahun) sebanyak 20,95 juta, angkatan kerja muda SMP ke bawah (15-24 tahun) sebanyak 9,06juta, jumlah penganggur muda (15-24 tahun) sebanyak 4,07 juta orang.

Adapun jumlah pekerja muda (15-24 tahun) dengan upah di bawah garis kemiskinan per September 2016 sebanyak 560 orang, beber Hanif seraya berpendapat akar radikalisme berasal dari empat hal yakni kemiskinan, ketimpangan, pengangguran dan pendidikan.

Data BPS Maret 2016 menyebutkan angka kemiskinan sebanyak 10,86 persen dan ketimpangan dengan gini ratio 0,397 persen. Sementara BPS Agustus 2016 mengungkapkan tingkat perguruan tinggi mencapai 5,61 persen pengangguran dan sebanyak 59,07 persen pendidikan angkatan kerja SMP ke bawah.