Bupati Bojonegoro Terima Kunjungan 10 Negara

:


Oleh MC Kabupaten Bojonegoro, Senin, 16 Januari 2017 | 16:58 WIB - Redaktur: Tobari - 476


Bojonegoro, InfoPublik - Bupati Bojonegoro Suyoto, menerima 26 orang perwakilan dari 10 negara, yakni Myanmar, Vietnam, Philiphina, Timor Leste, Mongolia, India, Australia, Mexico, Afghanistan, dan delegasi Indonesia untuk melakukan diskusi terkait insutrialisasi minyak dan gas bumi (migas) di kantor Pemkab Bojonegoro, Senin (16/1).

Saat diskusi berlangsung, masing-masing perwakilan negara menanyakan bagaimana tata kelola migas yang dilakukan Pemkab Bojonegoro. Baik secara aturan, maupun sisi sosial dan ekonomi masyarakat dengan adanya industrialisasi migas.

"Pertanyaan tersebut diajukan sebagai referensi masing-masing negara untuk mengelola sumber daya alam yang dimilikinya," ujar DR Nanang Indra Kurniawan, Sekretaris Prodi S2 dan S3, Universitas Gajah Mada (UGM), Jogjakarta, di sela-sela acara.

Audiensi ini, difasilitasi UGM untuk membantu negara-negara yang memiliki sumber daya alam dan mencari inovasi pengelolaannya. Agar tidak menjadi sebuah kutukan dan sebaliknya, menjadi berkah dan bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak.

Sementara itu, Bupati Suyoto menyampaikan, dengan ditemukannya minyak membawa mimpi yang terlalu tinggi bagi rakyat Bojonegoro. Oleh karenanya, dalam kegiatan eksplorasi ini, pihaknya sangat tegas dan ketat dalam rencana tata ruang wilayah. "Jangan sampai mengubah situasi lingkungan sebelum dan sesudah," katanya.

Kang Yoto, sapaan akrabnya, menambahkan, perusahaan migas tidak hanya mementingkan aspek legal namun harus menghargai aspek sosial yang terjadi di tengah masyarakat.

Sebelum eksplorasi, para operator harus memperhatikan masalah sosial. Tidak hanya itu, Pemerintah mengatur agar masyarakat dilibatkan dalam pembangunan di unskill dengan melibatkan masyarakat di sekitar. "Kita mengaturnya dalam perda konten lokal untuk bisa terlibat dalam kegiatan eksplorasi," tambahnya.

Bojonegoro memiliki sejarah kemiskinan yang luar biasa, dimana di tahun 1800 tahun kemiskinan melanda di Bojonegoro. Tak hanya itu, banjir akibat luapan sungai bengawan Solo menjadi penguat kemiskinan yang sudah terjadi.

Kini untuk membangun Bojonegoro, pihaknya melibatkan pebisnis, akademisi dan NGO. Ketiga sektor ini adalah saling mendukung.

Pengelolaan uang migas difokuskan untuk tiga hal. Pertama membangun sumber daya manusia Bojonegoro adalah cara mengentaskan kemiskinan di Bojonegoro dan upaya meningkatkan kuallitas sumber daya manusia Bojonegoro.

Kedua adalah pembangunan  infrastuktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi, uang harus bisa merespon dan merangsang pergerakan pada sektor pertumbuhan ekonomi kerakyatan.

Bupati menjelaskan bulan lalu, Pemkab Bojonegoro menggelar festival Open Government Partnership dimana semua proses sedemikian transparan keuangan tersebut digunakan untuk apa dan bagaimana perencanaannya.(MC Bojonegoro/toeb)