Mesin Olah Sagu Hasil Desain BPPT Segera Diproduksi

:


Oleh G. Suranto, Jumat, 16 Desember 2016 | 07:56 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 1K


Jakarta, InfoPublik - Mesin untuk mengolah sagu menjadi beras yang merupakan hasil desain Badan Pengkajian dan Penerapan Teknolgi (BPPT) akan segera diproduksi oleh PT Barata Indonesia.

“Alat yang sudah kami serahkan ke PT Barata Indonesia akan segera diproduksi. Kita harap bisa diproduksi secara massal, sehingga nanti harganya akan lebih murah,” kata Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, BPPT, Eniya Listiani Dewi usai acara penandatanganan perjanjian kerja sama antara BPPT dan PT Barata Indonesia di BPPT, Kamis (15/12).

Menurutnya, kalau satu set, mesin tersebut harganya mencapai sekitar Rp 20 juta hingga Rp 25 juta. Namun kalau bisa diproduksi secara massal, maka diharapkan akan lebih murah.

Disebutkan, mesin untuk pengolahan sagu ini sudah banyak yang memesan diantaranya dari Kebupaten Lingga itu minta 100 unit, mereka disarankan untuk menghubungi ke PT Barata Indonesia. “Jadi desain mesin tersebut, hari ini, Kamis (15/12) sudah kami serahkan ke PT Barata Indonesia,” katanya.

Ia menambahkan, mesin tersebut bisa untuk memproduksi seperti mie, makaroni, serta beras buatan berbahan baku tepung pangan lokal seperti sagu, jagung, singkong, ubi jalar, dan sebagainya.

Sementara itu, Kepala BPPT Unggul Priyanto menyampaikan, perjanjian kerja sama dan kontrak untuk pembuatan mesin pasta tersebut untuk mendukung kedaulatan pangan, terutama sagu.

Disebutkan, kalau bicara soal pangan, Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan beras, karena dari segi konsumsi beras sebanyak 124 kilogram per kapita per tahun satu orang, dewasa ini timbul berbagai kendala. Selain itu, data penduduk setiap tahun semakin bertambah, dengan populasi kini lebih dari 250 juta jiwa.

Menurutnya, ke depan beras tak bisa lagi menjadi andalan, karena faktor menurunnya sumber daya lahan dan air, perubahan iklim dan stagnanya produktivitas tanaman padi, maka munculah ide BPPT untuk membuat inovasi yang bisa merubah sagu jadi beras.

Ia menambahkan, kenapa sagu menjadi alternatif pilihan sebagai pengganti beras, menurutnya selain cadangan sagu yang melimpah, pihaknya mempertimbangkan dari sisi indeks glikemiks, merupakan persentase karbohidrat menjadi gula merah.

Indeks gikemik sagu, disebutkan paling rendah yakni sekitar 40. Sementara itu, beras di angka 88 dan singkong indeks glikemiknya sekitar 60. “Selain itu, karbonhidrat sagu juga hampir sama dengan beras,” ungkapnya.