Kemenperin Dorong Peningkatan Daya Saing Industri Rotan

:


Oleh Wawan Budiyanto, Rabu, 16 November 2016 | 00:24 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 576


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Perindustrian berkomitmen mendorong peningkatan daya saing industri rotan nasional mulai dari sektor hulu sampai hilir melalui bantuan teknik dan akses pasar.

“Upaya tersebut akan kami programkan, sehingga penghasil dan pengrajin rotan kita dapat bangkit kembali dan skalanya bisa diperluas. Misalnya, mengenai desain dan inovasi rotan akan kami arahkan kepada tren pengguna global saat ini,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Peresmian International Rattan Forum di Jakarta, Selasa (15/11).

Menurutnya, bantuan teknik bisa meliputi pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan serta pemberian mesin dan peralatan. Sedangkan, peningkatan akses pasar dapat melalui promosi ke negara-negara tujuan ekspor seperti keikutsertaan pada pameran tingkat internasional.

Airlangga menuturkan, tantangan pelaku industri ini adalah munculnya produk substitusi rotan imitasi plastik yang mulai mengambil porsi rotan alam. Untuk itu, diperlukan harmonisasi pelaku industri hulu dan hilir dalam penciptaan nilai tambah produk yang tinggi.

“Saat ini, industri rotan harus ditingkatkan profitnya. Tanpa keuntungan, tidak akan sustainable. Industri rotan harus punya untung cukup untuk menanam kembali dan promosi,” jelasnya seraya menambahkan sektor ini menjadi sumber penghidupan bagi sebagian besar rakyat Indonesia.

Seperti diketahui Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia. Sebanyak 85 persen bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia, sisanya dari Filipina, Vietnam dan negara Asia lainnya. 

“Daerah penghasil rotan di Indonesia berada di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua,” ujarnya.

Sedangkan, sentra industri hilir rotan di Indonesia tersebar di beberapa kota seperti Cirebon, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Jepara, Kudus, Semarang, Sukoharjo, dan Yogyakarta. Potensi produksi rotan Indonesia saat ini mencapai 622 ribu tonper tahun.

Menperin mengimbau industri rotan perlu didukung kegiatan penelitian dan pengembangan yang lebih kuat, terutama di bidang desain, teknik produksi, serta proses pengemasan dan penyelesaian produk.

“Bidang-bidang itulah yang menjadi ujung tombak daya saing industri furniture nasional yang bersifat fashionable dan masuk kategori industri kreatif, dimana inovasi dan kreativitas menjadi kunci sukses,” tuturnya.

Menperin juga meminta kepada Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) serta Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) yang menyelenggarakan forum rotan internasional diharapkan dapat menghasilkan pemikiran-pemikiran yang kreatif dan konstruktif guna pengembangan industri rotan nasional ke depan. 

“Saya berharap mereka ini menjadi twin engine yang mendorong peningkatan daya saing industri rotan kita,” tegasnya.