BNPB Gelar Edukasi Bencana Bagi Lingkungan Sekolah di Pacitan

:


Oleh H. A. Azwar, Sabtu, 22 Oktober 2016 | 18:54 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 1K


Pacitan, InfoPublik - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyelenggarakan kegiatan edukasi bencana bagi lingkungan sekolah, baik Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas rutin setiap tahun.

Sekolah yang menjadi target kegiatan edukasi bencana berdasarkan rekomendasi BPBD setempat. Kali ini, siswa siswi Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kembang belajar bencana, khususnya gempa bumi dan tsunami dari para fasilitator pada Sabtu (22/10) di SDN Kembang, Pacitan, Jawa Timur.

Kegiatan edukasi bencana di sekolah ini karena lokasi yang berada di kawasan rawan bencana gempabumi dan tsunami. Pacitan termasuk wilayah dalam 136 kabupaten/kota dengan indeks risiko tinggi yang diprioritaskan untuk diturunkan indeks risiko bencana sesuai RPJMN 2015-2019. Pacitan merupakan salah satu pusat pertumbuhan wilayah yang rawan bencana.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo menyatakan, edukasi bencana tersebut dalam rangka Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan menggalakkan jargon 20-20-20.

Jargon tersebut mengandung makna 20 detik, 20 menit, 20 meter. Jargon mengindikasikan bila gempa terjadi lebih dari 20 detik, masyarakat memiliki waktu 20 menit untuk evakuasi ke tempat yang lebih tinggi lebih dari 20 meter. BPBD Pacitan dan mitra mengajak masyarakat untuk waspada dan mengingat jargon tersebut, kata Sutopo, Sabtu (22/10).

SDN Kembang berjarak kurang 500 meter dari Pantai Pancer, dimana lokasi sekolah sangat berisiko karena akses tempat tinggi terdekat terhalang sungai.

Diana, fasilitator kegiatan, menyatakan edukasi terhadap anak-anak dan guru sekolah sangat mendesak diberikan kepada mereka. “Harapan bahwa anak-anak dan guru melek bencana, minimal tanda-tanda atau langkah apa yang harus dilakukan pada saat terjadi bencana,” kata Diana.

Diana mengajak anak-anak untuk melihat film pendek tentang gempa bumi dan tsunami. Diana kemudian melakukan tanya jawab sambil memberikan kuis. Sebanyak 127 siswa kelas 1 sampai dengan 6 yang terbagi ke dalam dua kelas mengikuti dengan semangat.

Sementara itu, satu kelas dikhususkan bagi guru-guru untuk memdapat edukasi bencana. BNPB dan BPBD Pacitan mendampingi para guru di dalam kelas. “Melalui edukasi bencana, guru mengetahui pengetahuan tentang gempabumi dan tsunami. Mereka juga diharapkan dapat membimbing anak didik ketika terjadi bencana,” jelas Diana.

Sebagai catatan, sejarah gempa bumi besar Pacitan pada 1859 dengan kekuatan 7,5 SR. Gempa saat itu menyebabkan tsunami kecil. Kemudian pada 1937 gempa berkekuatan 7,2 SR terjadi dengan intensitas guncangan gempa dirasakan VII - IX MMI sehingga menimbulkan banyak kerusakan.

Terkait dengan potensi bencana di Pacitan, beberapa waktu lalu UPN Veteran Yogyakarta, Pusat Geoteknologi LIPI serta Universitas Birgham Young, Amerika Serikat melakukan penelitian tentang endapan tsunami purba dan peramalan tsunami. Dari hasil penelitian tersebut, jargon 20-20-20 dicetuskan bersama tim peneliti dan BPBD Pacitan.

Sutopo menambahkan, pada Sabtu (22/10) malam ini, BNPB bekerjasama BPBD Pacitan menyelenggarakan pertunjukkan wayang kulit dengan tema “Kenali Bahaya, Kurangi Risiko”.

Pagelaran wayang kulit merupakan kesenian tradisional yang disukai banyak masyarakat dan dapat dijadikan media sosialisasi penanggulangan bencana yang efektif.

Dengan konsep edutainment maka masyarakat mendapat hiburan sekaligus pengetahuan kebencanaan yang dimasukkan dalam lakon cerita wayang. Pertunjukan bagi masyarakat Pacitan diselenggarakan di Alun-alun Pacitan semalam suntuk, tukas Sutopo.