Bagasse Tebu Pabrik Gula Dimanfaatkan Bahan Bakar Bioiler

:


Oleh MC Kabupaten Blora, Rabu, 19 Oktober 2016 | 14:09 WIB - Redaktur: Kusnadi - 3K


Blora, InfoPublik - Pabrik gula  PT. Gendhis Multi Manis (GMM) di jalan Raya Kunduran - Todanan KM.7, Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Blora diambil alih oleh Bulog. Pengalihan ini sejak tanggal 30 September. Semua asset dan lain sebagainya menjadi hak penuh Bulog. Sehingga pabrik gula satu-satunya di Blora ini sudah resmi milik negara. Hal ini disebabkan karena selama ini GMM mengalami kerugian atas pengelolaan tebu

Namun, aktivitas karyawan di PG eks milik PT Gendhis Mulati Manis (GMM) masih nampak sibuk. Mulai dari bersih-bersih alat hingga para karyawan di unit limbah bagasse Tebu.

Bambang Subekti, Pejabat Advisor PG Blora mengungkapkan, bagasse (ampas tebu) yang dihasilkan PG Blora bisa mencapai 105.000 ton. Bagasse tersebut juga diminati banyak Pabrik Gula di berbagai daerah untuk bahan bakar Boiler. Tak tanggung-Tanggung peminat ampas tebu ini sebanyak 10 pabrik gula.

“Setiap hari enam hingga delapan truk tronton gandeng ambil bagasse dari sini (PG Blora) untuk dikirim ke PG luar daerah,” jelasnya kemarin.

Bambang menambahkan ampas tebu atau bagasse adalah hasil samping proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Satu pabrik bisa menghasilkan ampas tebu sekitar 32-40 persen dari berat tebu yang digiling.

“Tahun ini, PG Blora menggiling 233.866,520 ton tebu setara 31.052 truk dan menghasilkan ampas tebu sebanyak 105.000 ton,”jelasnya.

Dia mengaku, sebagian besar ampas tebu dipakai untuk bahan bakar boiler PG Blora sendiri, dan kelebihan dibeli PG luar, dengan harga Rp 500 perkilogram untuk kapasitas besar, dan Rp 700 perkilogram untuk kapasitas kecil.

Bambang menambahkan, PG di Indonesia pada umumnya memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar pabrik. Disamping untuk bahan bakar, juga banyak digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas, particleboard, fibreboard, dan lainnya

Selanjutnya, Bambang menjelaskan, Tebu (saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, termasuk jenis rumput-rumputan, dan berumur sekitar satu tahun.

“Kita sudah stop giling sejak 25 September 2016 lalu, tapi aktivitas PG tetap jalan,” tambahnya.

Untuk saat ini, di Blora dan sekitarnya terdapat sekitar 5.000 hektar tanaman tebu petani. Sehingga PG Blora termasuk dalam sepuluh besar nasional PG yang memproduksi gula dari tebu murni. Selain itu juga, masih yang tertinggi seJateng.

Dia menambahkan, selama dua tahun berjalan, PG Blora selalu mengunakan bagasse sebagai bahan bakar, sekaligus membantu PG lain dari kelebihan ampas tebu (exess bagase). “Ini membuktikan PG baru seperti PG Blora, lebih efisien energinya dibanding PG eks Koloni Belanda,”pungkasnya.

Budi salah satu pengangkut Bagasse di PG Blora kemarin mengungkapkan, dalam satu hari dia bersama teman-temannya bisa mengambil Bagasse sekitar 25 ton. Biasanya dia ambil bagasse itu tiga hari sekali.

“Seminggu dua kali mas, dan per KG kita beli Rp 500 rupiah danlam sekala besar,”ungkapnya kemarin. (MC Kab Blora / Guh/Kus)