Ridwan Kamil Kenalkan Filosofi Tri Tangtu di Forum Budaya Dunia

:


Oleh Irvina Falah, Rabu, 12 Oktober 2016 | 20:02 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 608


“Sebagai walikota, saya belajar banyak hal tentang peradaban, yang baik maupun yang buruk, karena kota adalah bentuk budaya yang paling komprehensif.”

Pernyataan Walikota Bandung, Ridwan Kamil, menjadi kalimat yang menegaskan hubungan yang saling ketergantungan antara sejarah, ruang kota dan pergerakan budaya, dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

Dalam paparan yang disampaikan di simposium ketiga gelaran World Culture Forum 2016, Nusa Dua, Bali, Ridwan Kamil mengungkapkan bahwa Bandung adalah kota modern yang menerima semua kebudayaan dari seluruh dunia. Maka dari itu kehidupan modern yang terjadi punya harga yang harus dibayar.

“Menjadi modern atau menjadi “urban” berarti kita harus memahami cara berpikir filosofis untuk menjadi masyakat kota tersebut. Artinya adalah, pertama; kita harus menerima bahwa kita anonim, dan hidup dalam anonimitas. Kedua, kita harus dapat menerima heterogenitas. Karena jika tidak akan bermasalah dalam masyarakat. Ketiga, menjadi modern adalah menerima bahwa kita hidup dalam penduduk yang padat. Namun, jika kita membangun kota hanya untuk perekonomian, kita akan sangat kehilangan hal lainnya termasuk bidang budaya,” ujar Kang Emil, sapaan akrab Beliau.

Masyarakat Sunda mempunyai sebuah kearifan lokal untuk mencapai kebahagiaan (keseimbangan kesejahteraan menjadi manusia) yang dikenal dengan  istilah Tri Tangtu. Tri Tangtu terdiri dari tiga entitas (pola), yaitu harmoni dengan Tuhan, orang/budaya, dan alam. Dalam hal ini Ridwan Kamil mengungkapkan jika dirinya berusaha menerjemahkan ide ini kedalam kehidupan modern di bandung.

“Dalam hal harmoni dengan Tuhan, Bandung memiliki program Maghrib mengaji dan Ayo Membayar Zakat. Dalam hal harmoni dengan orang/budaya, Bandung mencoba untuk mencapai kebahagiaan dengan menghidupkan kembali budaya tradisionalnya, seperti program Rabu Nyunda. Sedangkan Dalam hal harmoni dengan alam, saya pikir orang Bandung adalah orang-orang yang paling bahagia karena letak kota Bandung sangat dekat dengan alam,” terang Kang Emil.

Dalam simposium tersebut Ridwan kamil mengatakan jika dirinya mencoba untuk menyeimbangkan semua aspek di Bandung, termasuk faktor fisik, mental, berwujud maupun tidak berwujud. Untuk itu Ia berusaha untuk mendekatkan diri dengan warga Bandung, dengan menggunakan media sosial sebagai alat. Sehingga mereka dapat dengan mudah berkomunikasi dengannya selaku walikota dan menyampaikan aspirasi mereka. (Siti Khadijah)