Ketum KONI Optimis Riau Bisa Peroleh Peringkat Di 10 Besar

:


Oleh Prov. Riau, Jumat, 23 September 2016 | 14:58 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 291


Bandung, InfoPublik - Cabor Menembak dan Senam sukses menambah dua medali emas dan tiga perak dan satu perunggu, bagi kontingen Riau di PON XIX, Kamis (22/9). Tambahan medali ini bahkan, membuat posisi Riau naik satu strip ke peringkat Tujuh klasmen sementara.

Kendati berhasil menambah medali emas dan memperbaiki peringkat klasmen, posisi Riau masih rawan tergusur. Apalagi, jarak perolehan medali emas Riau dengan kontingen lain dibawahnya hanya berselisih satu medali emas saja, sehingga target finis di peringkat 10 besar masih dalam ancaman.

Ketua Kontingen Riau, Emrizal Pakis kepada wartawan mengaku masih optimis Riau bisa menambah perolehan medali hingga hari terakhir pertandingan. Namun, ia tidak dapat menutupi kekecewaan terhadap hasil pertandingan beberapa cabang olahraga yang gagal memenuhi target yang sudah ditetapkan. Baik target oleh cabor masing-masing ataupun target KONI.

"Ya, memang kita ada yang ditargetkan meraih medali emas banyak malah gagal dan ada yang tidak ditargetkan tinggi justru berhasil. Tetapi kita tetap menghargai semua hasil mereka ini,"ujarnya mengawali pembicaraan, Jumat (23/9/2016).

Menurutnya, beberapa cabor yang dianggap "gagal" menuhi ekspektasi tinggi antara lain pencak silat, angkat besi, sepak takraw, dayung dan atletik. Cabor-cabor ini kata Emrizal, memang diharapkan menjadi tumpuan Riau meraih medali PON XIX ini.

"Ada beberapa yang gagal dalam artian tidak memenuhi target jumlah medali. Seperti Angkat besi kita harapkan emas tapi hanya mampu perak. Begitu juga dayung," tandasnya.

Hanya saja, Emrizal  tidak sepenuhnya menyalahkan kegagalan itu kepada atlet ataupun pengprov. Ia menyebut banyak faktor yang menjadi halangan Riau meraih masih tertinggi.Kinerja perangkat pertandingan dibeberapa cabor juga ikut berperan menghilangkan kesempatan Riau meraih medali terbaik. Seperti berkuda yang hingga hari ini tidak jelas kondisinya. 

"Seperti pencak silat misalnya, atletnya sudah sampai main di sea games, tapi di PON malah tumbang. Begitu juga Hernius, atlet aletik dimana setiap kejuaraan nasional ataupun pra PON selalu emas, tapi pertandingan tadi gagal di penyisihan. Ada juga atlet yang sakit sebelum bertanding. Ini jelas saya tidak puas," cetusnya.

Menurutnya, selain itu, kegagalan beberapa atlet dalam pertandingan tersebut disebabkan ketidaksiapan atlet dan mental yang belum siap menghadapi tekanan psikologis.

"Cedera dan ada atlet yang sakit juga jadi salah satu faktor kita gagal meraih medali. Seperti atlet tinju Ingatan Ilahi, tak bisa bertanding karena sakit akibat kelelahan. Begitu juga Maharani di Angkat Besi, harsu berpuasa mengurangi berat badan karena over weigh, ini yang kita wanti-wanti sejak jauh hari, tapi justru kejadian sekarang," tandasnya.(MC Riau/yan/eyv)