Industri Batik Indonesia Harus Menang Bersaing di ASEAN

:


Oleh H. A. Azwar, Rabu, 21 September 2016 | 02:57 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 1K


Jakarta, InfoPublik - Menteri Ketenagakerjaan Muhammad Hanif Dhakiri menyatakan, pemerintah mendukung perkembangan industri batik Indonesia agar mampu bersaing secara global. Apalagi industri batik yang tersebar di berbagai daerah ini mampu menyerap ratusan ribu pekerja dari hulu sampai hilir.

Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang memperlancar arus barang, jasa, modal serta investasi di kawasan ASEAN menjadi tantangan sekaligus peluang bagi industri batik Indonesia dalam memasarkan produk-produknya, kata Hanif, usai menerima Walikota Pekalongan, Achmad Alf Arslan Djunaid di kantor Kemnaker, Jakarta, Selasa (20/9).

Pemberlakuan MEA memberikan peluang perluasan pasar bagi produk-produk unggulan Indonesia, termasuk produk industri batik yang terus berkembang dalam beberapa tahun belakangan ini.

Menurut Hanif, salah satu cara yang bisa dilakukan agar Indonesia benar-benar meraih kemenangan menghadapi MEA adalah dengan meningkatkan daya saing di berbagai bidang, termasuk bidang kerajinan yang mempunyai seni tinggi seperti batik.

Dibutuhkan kreativitas, inovasi dan efisiensi produksi agar batik Indonesia tetap memiliki daya saing dan tetap bisa memikat hati dari pecinta batik sebagai kerajinan khas Indonesia di mata Internasional, ujar Hanif.

Apalagi, lanjut Hanif, batik Indonesia sudah mendapatkan pengakuan dunia pada tanggal 2 Oktober 2009 oleh UNESCO yang mengukuhkan batik sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity asal Indonesia.

Oleh karena itu, pemerintah mengajak para pelaku indutri batik terus mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Selain  merupakan warisan tradisi budaya nusantara, industri batik baik yang bersifat tradisonal ataupun modern mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.

Hanif mengungkapkan, industri batik menyerap puluhan bahkan ratusan ribu tenaga kerja yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari hulu sampai ke hilir. Dari pengusahanya, UMKM, para pengrajinnya, sampai pada karyawan dan penjualnya. Itu menyerap tenaga kerja yang jumlahnya sangat besar, beber Hanif, seraya menambahkan, agar mampu bersaing di pasar dalam negeri dan pasar internasional, industri batik harus mampu memikat masyarakat dan konsumennya dengan produksi yang berkualitas dari tenaga kerja yang terampil dan kompeten.

Sementara itu, Walikota Pekalongan Achmad Alf Arslan Djunaid menyampaikan apresiasi dan meminta dukungan dan perhatian dari pemerintah pusat terhadap perkembangan batik terutama batik Pekalongan yang menjadi salah satu basis batik nusantara.

Selama ini, pertumbuhan industri batik juga ditopang antusiasme masyarakat untuk menggunakan batik, baik dari pegawai pemerintahan, BUMN ataupun swasta serta masyarakat secara luas sehingga meningkatkan permintaan produk batik yang mendorong tumbuhnya industri batik nasional.

Batik asal Pekalongan menjadikan pasar di wilayah Jakarta dan sekitarnya sebagai target utama. Namun, dalam menghadapi MEA, diharapkan dukungan pemerintah dalam pengembangan batik Pekalongan yang diharapkan bisa memikat pasar negara-negara ASEAN.

Yang perlu diwaspadai adalah persaingan dengan produk-produk Malaysia, Cina dan Singapura yang juga telah memproduksi batik cetak secara massal. Selain memperkuat produksi dan mengembangkan dari sisi industri, tukas Achmad.