Dodol Home Industri Maiwa Enrekang Hadapi Kendala Pemasaran

:


Oleh Admin MC Enrekang, Kamis, 11 Agustus 2016 | 08:41 WIB - Redaktur: Tobari - 1K


Enrekang, InfoPublik - Dodol termasuk salah satu oleh-oleh kuliner khas di Kabupaten Enrekang, dan penghasil dodol terkenal di Bumi Massenrempulu ini yakni di Kecamatan Maiwa, tepatnya di Desa Batumila. Namun produksinya hingga saat ini masih menghadapi kendala terkait pemasaran.

Maiwa sendiri merupakan kecamatan yang paling dekat dengan perbatasan Enrekang-Sidrap. Dari Maiwa, masih ada sekitar 26 kilometer untuk sampai di Kota Enrekang.

Kondisi itu pula yang menjadi faktor, mengapa Kecamatan Maiwa menjadi tempat peristirahatan paling cocok bagi pengendara, baik untuk yang dari Sidrap maupun dari Enrekang.

Dodol produksi daerah ini beraneka ragam rasanya. Mulai dari original, rasa nenas, nangka, durian, wijen, serta rasa coklat. Tekstur dodol Maiwa ini juga lebih lembut dan kenyal dibandingkan dodol di daerah lain. Hasilnya, aneka dodol inipun menjadi buruan bagi pengendara yang singgah di Maiwa untuk dijadikan buah tangan. 

Salah satu tempat olahan dodol tradisional di Maiwa adalah home indutri milik Mane. Saat ini usaha ini dijalankan anaknya, Nur Iriani. 

Pada hari biasa, produksi dodol di tempat ini sampai enam kali. Namun jika musimnya sampai 20 kali produski. Satu kali produksi, menggunakan bahan tepung terigu sebanyak 9 liter, dicampur dengan bahan lain seperti gula pasir, minyak kelapa, santan, dan bahan lainnya. 

"Satu kali produksi itu bisa menghasilkan 200 biji dodol. Dodol ini kemudian kami kemas dengan 10 biji per kemasan kecil. Harga satu kemasan itu Rp10.000," jelas Nur Iriani saat ditemui, akhir pekan kemarin.

Pada usaha orang tuanya ini, Nur Iriani menggunakan dua pembungkus untuk mengemas dodolnya. Selain  mengemas dengan plastik bening, dodok juga dikemas dengan menggunakan daun biru yang diambil dari hutan. 

Musim dodol paling banyak diminati, menurut Nur Iriani, yakni usai lebaran. Saat itu, penghasilannya bisa Rp3 juta sampai Rp4 juta per hari. Untuk membantu usahanya, Nur Iriani mempekerjakan sembilan orang, terdiri dari empat orang pria bertugas untuk proses memasak, dan lima orang lainnya bertugas untuk mengemas. 

Meski demikian, ada satu persoalan yang dihadapi pengusaha dodol di Maiwa. Masalah itu terkait pamasaran. 

Ruslan, salah seorang pengusaha dodol lainnya mengatakan, pihaknya tidak memiliki akses untuk memasarkan produk hingga keluar daerah, seperti ke Kota Makassar.

"Untuk memasarkan produk, kami hanya mengandalkan para penumpang bus angkutan umum yang setiap hari melintas di desa kami," jelasnya. 

Untuk itu, ia meminta agar pemerintah dalam hal ini Diskoperindag Enrekang, bisa membantu mereka dalam membuka akses pemasaran. (McEnrekang.Lubis.RM/toeb)