BLH Kabupaten Bojonegoro Tunggu Hasil Uji Air Krondonan

:


Oleh MC Kabupaten Bojonegoro, Rabu, 10 Agustus 2016 | 20:10 WIB - Redaktur: Tobari - 455


Bojonegoro, InfoPublik - Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, masih menunggu hasil uji laboratorium air yang keluar dari semburan di Desa Krondonan, Kecamatan Gondang, untuk dijadikan pedoman mengeluarkan rekomendasi penanganannya.

"Sampai hari ini, hasil uji kandungan contoh air semburan Krondonan yang kami kirimkan ke Laboratorium Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Timur di Surabaya, belum selesai," kata Kepala Bidang Pengkajian dan Laboratorium Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemkab Bojonegoro Hari Susanto, Selasa (9/8).

Ia menjelaskan BLH akan mengeluarkan rekomenasi untuk menangani semburan di Krondonan dengan mengacu hasil uji laboratorium di BLH Provinsi Jatim di Surabaya.

Ia juga mencontohkan telah mengeluarkan rekomendasi yang disampaikan kepada Dinas Pertanian terkait hasil uji laboratorium semburan lumpur bercampur air di Desa Jari, juga di Kecamatan Gondang.

Sesuai rekomendasi yang dikeluarkan, bahwa air yang mengandung berbagai zat berbahaya sudah berkurang ketika masuk ke sungai di desa setempat. "Rekomenasi sudah kami sampaikan kepada Dinas Pertanian sejak lama, tapi tidak ada tindak lanjutnya," ujarnya.

Ia menambahkan contoh air semburan Krondonan, dikirim ke BLH Provinsi Jawa Timur di Surabaya pada 25 Juli lalu. Pengambilan air dilakukan dua hari setelah warga tahu di lokasi setempat ada semburan air bercampur lumpur di lima lokasi.

Ia menyebutkan ada delapan parameter yang diuji antara lain, kandungan Hidrogen Sulfida (H2S), "chemical oxygen demand" (COD), "biological oxygen demand" (BOD), "total suspended solid (TSS), Fe, dan Cu.

"Yang jelas gas yang keluar dari semburan kalau jarak jauh akan melemah. Tapi kalau dihirup dari jarak dekat tetap berbahaya," katanya.

Sekretaris Desa Krondonan, Kecamatan Gondang, Bojonegoro Lepari menambahkan petani yang tanahnya berada di sekitar semburan di desanya sampai sekarang ini masih belum berani menanam bawang merah.

"Petani takut memanfaatkan air di tampungan yang tercampur dari air dari semburan," ucapnya menambahkan.(MC Bojonegoro/toeb)