Kawasan Industri Kendal Dongkrak Daya Saing Produk TPT

:


Oleh Wawan Budiyanto, Selasa, 9 Agustus 2016 | 10:51 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 461


Jakarta, InfoPublik - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, perlunya pembangunan Kawasan Industri Kendal (KIK) untuk meningkatkan pengembangan dan daya saing industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional. 

“Kami sangat mendukung pembangunan Kawasan Industri Kendal, terutama adanya klaster khusus industri tekstil yang terintegrasi dari hulu sampai hilir. Diharapkan akan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk tekstil kita di pasar domestik dan ekspor,” kata Airlangga Hartarto usai bertemu Direktur KIK Hyanto Wihadhi di Kantor Kementerian Perindustrian, Senin (8/8).

Kawasan industri tersebut nantinya akan didirikan Fashion City yang terintegrasi dengan luas 100 hektar. Di Kota Fesyen tersebut rencananya juga dilengkapi beberapa fasilitas, diantaranya pusat penyediaan bahan baku, perbelanjaan, pameran, serta penelitian dan pengembangan produk tekstil. 

“Dari beragamnya fasilitas yang disediakan, penyerapan tenaga kerja akan semakin banyak,” ujar Airlangga.

Berdasarkan catatan Kemenperin, industri TPT merupakan sektor padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1,5 juta orang atau sebesar 10,36 persen tenaga kerja di sektor industri. Pada Februari 2016, nilai ekspor industri ini naik sebesar 6,81 persen jika dibandingkan periode sebelumnya (month on month).

Di Indonesia sendiri, aktivitas produksi tekstil telah terintegrasi dari hulu sampai hilir, bahkan produknya juga dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional. 

“Kami akan mendorong industri TPT nasional menghasilkan produk non-woven. Ini bagian strategi diversifikasi produk sekaligus perluasan pemasaran ekspor,” katanya.

Produk non woven itu diantaranya digunakan untuk material pembangunan infrastruktur jalan tol, agro textiles, medis, industri makanan dan minuman, industri otomotif serta industri manufaktur konsumsi lainnya.

Sementara itu, Hyanto mengungkapkan, pembangunan Kota Fesyen di KIK menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk menunjukkan kekuatan dalam inovasi dan kreativitas desain. Apalagi, perputaran tren fesyen sangat cepat sehingga produknya dituntut untuk mengikuti selera pasar terkini dan memiliki nilai tambah tinggi.

Kawasan ini juga akan menjadi proyek percontohan pusat mode pertama di Indonesia. 

"Diharapkan lagi, dengan adanya Fashion City dapat mengandeng industri kecil dan menengah di sektor TPT. Untuk mendukung terwujudnya kawasan industri tersebut maka perlu regulasi yang memudahkan para pelaku usaha,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) Kemenperin Imam Haryono menyampaikan, pihaknya telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian terkait pengembangan kawasan industri sekaligus memudahkan para pelaku usaha menjalankan bisnisnya di Indonesia yang akan mendongkrak perekonomian nasional. 

“Melalui kebijakan deregulasi, kami telah menyelesaikan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 39/M-IND/PER/6/2016 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Kawasan Industri Dan Izin Perluasan Kawasan Industri,serta Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 40/M-IND/PER/6/2016 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Kawasan Industri,” jelasnya.

Peresmian KIK
KIK yang berlokasi di Kecamatan Kaliwungu dan Brangsong, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah ini rencananya akan diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo dengan dihadiri Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada 25 Agustus 2016.

Pengembangan KIK merupakan joint venture antara Graha Buana Cikarang, anak perusahaan PT Jababeka Tbk dengan perusahaan Singapura Sembcorp Development Indonesia Pte. Ltd., anak perusahaan Sembawang Development Ltd.

Pembangunan KIK dilakukan dalam 2 tahap, pertama seluas 1.000 ha dan kedua seluas 1.200 ha. Kawasan ini akan dipadukan dengan pembangunan perumahan, smart industrial zone, dan fashion city.

Hingga saat ini, sebanyak 12 perusahaan yang telah masuk di KIK dengan total 20 ha luas lahan yang terjual. Investor tersebut berasal dari Indonesia, Singapura, Belanda, dan Jepang dengan berbagai sektor industri seperti furnitur, makanan, dan baja.