Napak Tilas Situs Sajadah Alam Kiai Taposan Desa Lalangon

:


Oleh MC Kabupaten Sumenep, Selasa, 2 Agustus 2016 | 20:12 WIB - Redaktur: Tobari - 912


Sumenep, InfoPublik -  Nama Kiai Taposan yang bernama asli Kiai Baghdi bisa dipastikan memang luput dari tinta sejarahwan di Sumenep. Padahal, perannya dalam gerakan dakwah di Sumenep, khususnya di kawasan Kampung Taposan, Desa Lalangon, Kecamatan Manding tidaklah bisa dianggap biasa.

Bahkan salah satu raja besar di Sumenep, Panembahan Sumolo mengangkatnya sebagai salah satu guru spiritualnya. 

“Keduanya sangat akrab dan dekat sekali. Seperti sahabat karib, bagai orang tua dan murid. Tapi keduanya juga saling mengagungkan,”kata salah seorang pelestari situs Kiai Baghdi, Mudzakkir, pada Media Center, Selasa (2/8). 

Mudzakkir menyebut daerah Balanan sebagai tanah kelahiran Kiai Baghdi. Di usianya yang relatif muda, Kiai Baghdi hijrah dari tempat asalnya, dan mencari sebuah tempat yang sunyi sebagai tempat khalwat (menyepi).

Tempat yang dituju ialah sebuah perbukitan di utara Keraton Sumenep. Konon di tempat itu masih penuh dengan binatang liar yang buas. “Di tempat inilah beliau berkhalwat,” kata Mudzakkir sambil menunjuk area asta Kiai Baghdi.

Tempat bertapanya di alam terbuka dan hanya beratapkan langit. Sepanjang siang dan malam ia tidak beranjak dari tempat khalwatnya tersebut. Bahkan dari cerita Mudzakkir, ia bertapa di atas ilalang, tanpa membuat ilalang tersebut terbebani berat tubuh Kiai Baghdi. “Jadi seakan-akan melayang,” kata Mudzakkir. 

Agak turun ke bawah dari tempat khalwat Kiai Baghdi tersebut, juga ada tempat khalwat khusus saat ia menjalankan ibadah shalat. Tempatnya berbentuk persegi panjang. Tempat yang sejatinya merupakan hamparan batu gunung tersebut mirip sajadah yang melekat pada bumi. 

Namun, tempat shalat tersebut begitu kasar. Salah satu keturunan Kiai Baghdi lainnya, Drs. H. Kurniadi Widjaja, M.Si mengaku tidak tahan saat mencoba shalat di tempat tersebut. 

“Sangat kasar dan tajam. Saya jadi tidak bisa membayangkan bagaimana dulu Kiai Baghdi shalat dan berlama-lama sujud di tempat tersebut,” kata Mudir Jatman Sumenep ini. 

Untuk mengenang Kiai Baghdi sekaligus melestarikan peninggalan bersejarah tersebut, tempat shalat Kiai Baghdi ini dibuatkan prasasti oleh H. Kurniadi dan dipagari rantai besi. 

“Biar generasi sekarang tahu, bahwa tokoh-tokoh ulama dulu itu tidak menggunakan sajadah lembut dari permadani, bahkan sangat zuhud,” tambahnya.  (Farhan/Esha/Fer/toeb)