Prioritas Proyek Listrik 35.000 MW Untuk Daerah Kekurangan Pasokan Listrik

:


Oleh Irvina Falah, Kamis, 23 Juni 2016 | 16:54 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 364


Jakarta - Presiden Joko Widodo menginstruksikan kepada para menteri terkait agar prioritas dari pembangunan proyek listrik 35.000 MW dapat diarahkan kepada daerah-daerah yang masih mengalami kekurangan pasokan listrik. Hal tersebut disampaikannya saat memimpin rapat terbatas mengenai percepatan penyelesaian program pembangunan infrastruktur kelistrikan 35.000 MW dan penerapan subsidi listrik di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu 22 Juni 2016.

Hadir dalam rapat terbatas tersebut di anpowertaranya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani, dan beberapa anggota kabinet kerja lainnya.

Menindaklanjuti hasil kunjungan kerjanya untuk meninjau pembangunan pembangkit tenaga listrik di beberapa daerah, Presiden Joko Widodo menekankan agar proyek pembangunan pembangkit tenaga listrik diprioritaskan untuk daerah-daerah yang berkekurangan pasokan listrik. Presiden menyebut bahwa pembangunan tersebut dapat dilakukan baik menggunakan MPP (Mobile Power Plant) maupun menggunakan MVPP (Marine Vessel Power Plant).

"Saya sudah melihat kondisi di lapangan mengenai infrastruktur kelistrikan kita di beberapa provinsi, baik di Bangka Belitung, Aceh, Kalimantan Barat, Gorontalo, NTB, dan Bali. Melalui kunjungan itu, saya ingin sekali menekankan sekali lagi bahwa untuk kelistrikan, berikan prioritas pada daerah-daerah yang masih kurang pasokannya," ujar Presiden membuka rapat terbatas.

Terkait dengan daerah-daerah yang tidak memiliki masalah pasokan listrik, Presiden meminta dilakukan kalkulasi kembali terkait dengan laju pertumbuhan ekonomi, kebutuhan-kebutuhan yang ada, serta permintaan dari masyarakat dan industri. Adapun bagi daerah yang memiliki kelebihan pasokan listrik, Presiden menginstruksikan kepada jajarannya agar mulai beralih kepada energi baru.

"Kemudian untuk daerah yang kemungkinan sudah ada yang berlebih, arahkan kepada konversi ke energi baru terbarukan," ujarnya.

Sama halnya dengan komitmen pemerintah terkait dengan pembangunan infrastruktur jalan tol yang mangkrak, Presiden Joko Widodo juga berkomitmen untuk melanjutkan proyek pembangunan pembangkit tenaga listrik yang telah terhenti selama bertahun-tahun, seperti di Kalimantan Barat yang sudah berhenti 7-8 tahun dan menghabiskan anggaran Rp. 1,5 Triliun. “DI Gorontalo misalnya yang sudah dibangun sejak 2007 berarti sudah 8 tahun, 2 x 25 MW juga baru 47 persen berhenti,” kata Presiden.

Namun demikian, Presiden meminta kepada jajarannya untuk melakukan kalkulasi terlebih dahulu terkait apakah proyek yang mangkrak tersebut layak untuk dilanjutkan atau tidak.

"Ini tentu saja perlu sebuah keputusan, dilanjutkan atau dibiarkan. Kalau dibiarkan konsekuensinya apa. Ini uang negara, aset kita. Kalau diteruskan tentu saja perlu ada sebuah cut off terlebih dahulu sehingga perhitungannya menjadi jelas," tegas Presiden.

Libatkan Swasta Dalam Pembangunan Pembangkit Listrik

Lebih lanjut, Presiden juga berharap agar pihak swasta dapat lebih berperan serta dalam proyek pembangunan pembangkit tenaga listrik, utamanya yang terkait dengan penggunaan energi baru yang terbarukan. Presiden menilai, penggunaan energi baru yang terbarukan tersebut dapat meningkatkan kapasitas potensi pembangkit listrik yang cukup besar.

"Kemudian untuk mempercepat pembangunan infrastruktur kelistrikan, saya melihat agar swasta diberikan peran yang lebih. Terutama yang berkaitan dengan potensi energi baru yang terbarukan. Geothermal saya kira berikan prioritas, yang hydro juga berikan prioritas," ungkapnya.

Adapun terkait dengan penerapan subsidi listrik, Presiden ingin memastikan bagi warganya yang tidak mampu untuk benar-benar memperoleh subsidi tersebut. Oleh karenanya, Presiden meminta data-data terkait subsidi untuk divalidasi dengan baik sehingga tidak terjadi perbedaan data.

"Terkait subsidi, tolong dikalkulasi dengan hati-hati. Cermat dalam menghitung dan cermat dalam penerapannya sehingga subsidi akan tepat sasaran. Terutama bagi yang tidak mampu, yang miskin, ini harus benar-benar dipastikan agar mereka mendapatkan subsidi itu," tambahnya.

Menutup pengantarnya, Presiden Joko Widodo berharap dengan adanya percepatan penyelesaian program pembangunan listrik 35.000 MW dan penerapan subsidi listrik yang tepat sasaran pada akhirnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

"Saya ingin tegaskan sekali lagi, bahwa subsidi harus tepat sasaran dan kita juga bisa mengalokasikan dana untuk percepatan pembangunan program listrik 35.000 MW‎ sehingga manfaatnya langsung bisa dirasakan oleh masyarakat luas," tutupnya