Sulawesi Miliki Keragaman Flora Dan Fauna Terestrial

:


Oleh MC Kabupaten Bone Bolango, Kamis, 23 Juni 2016 | 12:11 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 16K


Bone Bolango, InfoPublik – Pulau Sulawesi dengan luas 17,46 juta hektar merupakan pulau terbesar ke-11 di dunia yang memiliki keragaman flora dan fauna terrestrial yang bernilai tinggi secara global. Keragaman tipe ekosistem hutan yang ada di Sulawesi menyebabkan tingkat endemisitas dan kekayaan hayati yang dimiliki sangat tinggi.

Hal ini disampaikan Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, Ditjen KSDAE, Kementrian LHK sekaligus sebagai National Project Director Enhancing Protected Area System in Sulawesi (E-PASS), Ir. Bambang Dahono Aji, M.M, M.Si saat membuka Lokakarya Konsultasi Para Pihak untuk Mengidentifikasi Kawasan Penyangga Potensial Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) di Hotel Amaris Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Rabu (22/6).

Menurutnya, sedikitnya ada 5.076 jenis spesies tumbuhan berpembuluh, 127 jenis mamalia (62 persen bersifat endemic), 1.500 spesies burung (34 persen bersifat endemic) berada di Pulau Sulawesi.

Namun diakuinya, bahwa keanekaragaman hayati Pulau Sulawesi terancam dan terdegradasi secara cepat, seiring dengan perkembangan pembangunan, terbukanya akses di sekitar kawasan konservasi, perubahan tata guna lahan terutama konversi hutan menjadi kebun, pembalakan liar, penambangan emas tanpa ijin, konflik batas, perburuan liar, kebakaran hutan, dan lain-lain.

Begitu pula dengan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW), taman nasional darat terbesar di Sulawesi yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Terdapat 32 jenis mamalia (15 jenis terancam punah), 192 jenis burung (20 jenis terancam punah), 23 jenis amphibi dan reptil, serta 289 jenis pohon.

Ia menambahkan TNBNW juga menjadi habitat penting bagi satwa endemik Sulawesi, seperti anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis), anoa dataran tinggi (Bubalus quarlesi), babirusa (Babyrousa babyrussa), maleo (Macrocephalon maleo), burung rangkong sulawesi ekor putih (Aceros cassidix), yaki (Macaca nigra dan Macaca nigrescens), tarsius (Tarsius tarsier), musang sulawesi (Macrogalidia musscenbroeikii), dan lain-lain.

Selain itu, TNBNW juga memiliki nilai jasa lingkungan yang tinggi dan penting bagi masyarakat sekitar khususnya di Bolaang Mongondow dan Gorontalo karena menjadi pensuplai air, baik untuk air konsumsi; pertanian; PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro), sebagai objek pengembangan ekowisata, dan lain-lain.

Namun TNBNW juga menghadapi permasalahan dan ancaman seperti perambahan, penebangan liar, perburuan, penambangan liar, kebakaran hutan, dan lain-lain yang menyebabkan menurunnya fungsi dan kualitas kawasan.”Ketidaksinambungan antara sistem kawasan konservasi dan perencanaan tata guna lahan daerah di kawasan penyangga menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusakan kawasan konservasi,”katanya.

Oleh karena itu, lanjut Bambang Dahono Aji, perlu adanya solusi untuk mengurangi ancaman dan meningkatkan tata kelola kerjasama di kawasan penyangga dalam mempertahankan keutuhan dan fungsi kawasan TNBNW. 

Untuk itu, Bambang Dahono Aji berharap lewat lokakarya tersebut agar pemerintah daerah yang berada di kawasan penyangga Taman Nasional dan para pihak terkait seperti akademisi, LSM, masyarakat, pihak swasta dan lain-lain, dapat mendukung konservasi melalui arah kebijakan dan program yang mendukung konservasi keanekaragaman hayati  TNBNW.

“Lewat lokakarya yang diselenggarakan oleh E-PASS dan Balai TNBNW ini diharapkan dapat menjembatani para pihak dalam  mensinergiskan dan mengintegrasikan program dalam rangka mempertahankan fungsi dan keutuhan ekosistem TNBNW yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat,”imbuhnya. (MC.Bone Bolango/Hms/Kadir/Eyv)