Perpustakaan Sebagai Wahana Pendidikan Dan Penelitian

:


Oleh MC Kabupaten Sorong, Jumat, 27 Mei 2016 | 08:31 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 650


Sorong, InfoPublik – Pustakawan Utama dari Perpustakaan Nasional RI Drs. Supriyanto, M.Si, mengatakan, fungsi dari perpusatakaan  sebagai wahana pendidikan, penelitian, informasi dan rekreasi, kecerdasan dan keberdayaan bangsa, ujarnya, saat memberi materi  sosialisasi pembentukan dan penyelenggaraan perpustakaan kelurahan dan kampung di Kabupaten Sorong, Kamis, (26/5).

Jadi, melalui jasa pesan masyarakat bisa cerdas  dan bisa berdaya. Tujuan dari perpustakaan memberi layanan, meningkatkan kegiatan gemar membaca serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, ucap Supriyanto.

“Kalau saya melihat fungsinya, maka bagaimana untuk menerapkan tujuannya, yang secara sederhana harus memberikan layanan pustaka agar bagaimana  perpustakaan itu harus bisa memberi layanan kepada setiap pengunjung yang datang,”imbaunya.

Dalam arti layanan bagaimana memberi mereka dalam kegiatan gemar membaca. Kalau dia berkunjung memberikan buku maka dia sudah mau meningkatkan gemar membacanya."Nah, kalau kegemaran membacanya bagus ada 4B (buku, buka, baca, bisa). Ini berarti dia cerdas,"jelasnya.

Artinya, dia setelah membaca  maka terjadi proses berpikir dan ini berarti kalau dia bisa membaca  dan biasa membaca  maka mau tidak mau dia akan memperluas wawasan, jelas Supriyanto, pria kelahiran  Purwarejo, Jawa Tengah 63 tahun silam, yang hingga 1 Oktober tahun 2015 lalu, telah meniti karier puncaknya menyandang pangkat golongan/ruang Pembina Utama (IV/e).

Lanjutnya, kalau pengetahuan dan wawasannya bagus bermuara pada kecerdasan bangsa. Artinya, orang yang banyak baca maka secara otomatis banyak tahu.

“Orang yang banyak tahu biasanya orang banyak pengetahuan, dan biasanya orang yang banyak pengetahuan berarti pastinya banyak pendapat. Kalau dia (masyarakat) banyak pendapat  maka biasa pastinya banyak pendapatan,"jelasnya..

Sekarang realitas di lapangan  kualitas hidup masyarakat Indonesia terbatas.  Hal ini karena pengetahuan yang terbatas, sehingga  akibat dari hal itu kurangnya ada budaya bacanya.

Budaya hidup terbatas karena kualitas hidup yang terbatas pula. Ini artinya sebuah siklus kehidupan  agar bagaimana kita bisa keluar dari lingkaran itu.

Untuk itu tugas saya sebagai Pustakawan Utama bagaimana dari segai bahan bacaan yang terbatas  atau budaya baca yang terbatas itu bisa kita padukan. “Mudah-mudahan dengan sosialisasi ini sebetulnya kalau membentuk perpusatakaan itu sederhana, yakni layani seadanya dan bekerja sebisanya.”

Setelah menerima sosialisasi  berdayakan dan kembangkan. Syukur-syukur bisa mengembangkan sesuai standar.“Kalau sesuai standar kan lebih bagus, misalnya bisa disebut Perpustakaan kalau koleksinya 1.000 judul. Jadi kalau disebut Perpustakaan harus penuhi 1.000 judul dan kalau kurang dari itu belum bisa disebutkan Perpustakaan,” tutupnya. (MC.Sorong/rim/eyv).