Pendidikan Vokasi, Upaya Tingkatkan Kualitas SDM di Era Kompetisi

:


Oleh Irvina Falah, Senin, 18 April 2016 | 22:19 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 435


Siemenstadt, 18 April 2016 - Setelah bertemu dengan Presiden Republik Federal Jerman Yoachim Gauck, Presiden Joko Widodo melanjutkan kunjungannya ke Pusat Pelatihan Pendidikan Vokasi Profesional di Siemenstadt, Senin 18 April 2016 pukul 12.45 Waktu Setempat (WS).

Presiden disambut Direktur Senior Pusat Pelatihan Pendidikan Vokal Profesional Thomas Leubner. Di sini, Presiden mendapatkan informasi umum terkait  pendidikan kejuruan (dual training) di Jerman. Pendidikan kejuruan dual training adalah pendidikan yang berorientasi kerja dan mengharuskan para siswa/peserta belajar di dua tempat pembelajaran yaitu di sekolah dan di industri sehingga terjadi sinergitas antara pembelajaran di sekolah dengan pembelajaran di industri.

Beberapa negara Uni Eropa telah mencoba untuk menerapkan sistem pendidikan kejuruan Jerman untuk memerangi pengangguran. Amerika Serikat, Brazil, dan Rusia secara spesifik tertarik untuk mengadopsi dual training Siemens dengan bekerja sama dengan partner lokal di negara-negara tersebut.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat menyampaikan konferensi pers pada hari Minggu malam, 17 April 2016, menjelaskan bahwa fokus kunjungan Presiden ke Jerman adalah untuk meningkatkan kerjasama di bidang vokasional. "Kenapa vokasi? Karena vokasi adalah pendidikan yang memang saat ini sangat diperlukan untuk menjawab kebutuhan pasar saat ini," ucap Retno.

Pendidikan di Jerman adalah pendidikan yang sejak awal diarahkan akan terus melanjutkan ke universitas atau ke jalur vokasi. "Walaupun nanti di satu titik vokasi ini juga bisa menyeberang ke Universitas," ucap Retno.

Keahlian yang dihasilkan melalui jalur vokasi adalah salah satu jawaban dalam menghadapi era kompetisi seperti saat ini. "Di dalam kompetisi Masyarakat Ekonomi ASEAN maka di bidang-bidang pekerjaan tertentu itu, memang harus terus kita tingkatkan dan salah satunya adalah dgn cara memperkuat pendidikan vokasi," ujar Retno.

Pendidikan vokasional adalah bentuk mempersiapkan atau mengkapitalisasi bonus demografi yang dimiliki oleh Indonesia. "Oleh karena itu pendidikan vokasional ini akan pas skali untuk dimanfaatkan untuk bonus demografi tersebut," ujar Retno.

Kunjungan Presiden ke Siemenstadt untuk mengetahui keberhasilan Jerman dalam pendidikan vokasi ini. Terlebih lagi Presiden sering mengatakan, "Tiga hal yang menjadi fokus pemerintah saat ini, yakni deregulasi, infrastruktur dan sumber daya manusia."

Dalam kunjungan ini, Leubner menjelaskan bahwa pengembangan pendidikan kejuruan memilliki beberap prinsip, yaitu:

Kerja Sama Pemerintah dengan Industri

Pemerintah dan Industri bertanggung jawab menyusun dan mendesain kerangka pendidikan kejuruan dan pelatihan. Kementerian Ekonomi dan Energi Federal bersama dengan Pemenerintah Negara Bagian (Bundeslaender) Jerman mengorganisir kerangka pengembangan pelatihan dan peraturan-peraturan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan kejuruan dalam suatu kerangka kerja.  Kontrol terhadap jalannya pelatihan didelegasikan dari pemerintah kepada suatu lembaga yang disebut Industrie- und Handelskammer (Kamar Dagang dan Industri Jerman).

Penerapan Standar Nasional

Kualitas pendidikan sekolah kejuruan dijamin dengan diterapkannya standar pendidikan dan dipatuhi secara nasional sebagai acuan proses.

Kualifikasi Tenaga Pendidikan Kejuruan

Para tenaga pendidik kejuruan harus menguasai dan memahami konsep Pedagogik Kejuruan (Berufspädagogik). Pedagogik (Berufspädagogik) di Jerman bukan hanya suatu konsep yang dimiliki oleh dunia pendidikan, akan tetapi tetapi dunia industri juga senantiasa menggunakan dan mengembangkan konsep Pedagogik.

Tersedianya Institusi Penelitian

Pendidikan Kejuruan dan Konsultasi Karir

Penelitian melibatkan Pemerintah, pelaku Ekonomi (dalam hal ini dunia usaha dan Industri) dan elemen sosial lainnya. Hasilnya mendorong pendidikan kejuruan tersebut untuk mengetahui apa yang sedang berkembang di dunia industri, dan agar kebutuhan dunia industri atau dunia usaha terhadap kompetensi lulusan pendidikan kejuruan dapat secara dini diidentifikasi.

Sejarah Berlin-Siemensstadt

Dikarenakan terbatasnya lahan di Berlin, pada  tahun 1897 Siemens memutuskan untuk membangun  kantor dan pabrik Siemens di pinggiran Berlin dengan membeli tanah seluas 200 hektar di Nonnenwiesen. Mulai tahun 1914 area tersebut dinamakan Siemensstadt (Siemens City), dan pada tahun 1930 pembangunan telah selesai.Penduduk Siemensstadt berjumlah 12.681 (30 Juni 2015).

Siemens Professional Education menawarkan pendidikan kejuruan di seluruh Jerman (41 lokasi). Dengan  peserta pelatihan berjumlah sekitar 10.000 peserta dan investasi tahunan sejumlah 187 juta euro, Siemens merupakan salah satu penyelenggaran dual education terbesar di Jerman. Setiap tahunnya, Siemens menghasilkan sekitar 2000 lulusan yang sesuai dengan kebutuhan Industri.