:
Oleh MC Kabupaten Sleman, Jumat, 4 Maret 2016 | 10:00 WIB - Redaktur: Tobari - 424
Sleman, InfoPublik - Sebanyak 2 orang warga disimulasikan dalam gladi lapang, mengalami luka parah, dua rumah tertimbun tanah dan belasan orang mengalami luka ringan akibat tanah longsor yang terjadi di Desa Sambirejo Prambanan, Kabupaten Sleman, Kamis (3/3).
Dua orang yang mengalami luka parah akibat tertimbun bebatuan dan tanah longsor tersebut, berhasil dievakuasi warga meskipun memakan waktu cukup lama. Kedua korban mengalami luka yang cukup parah, karena tertimbun tanah dan batu yang cukup besar.
Luka yang dialami dua korban tersebut patah kaki dan tangan, lamanya waktu evakuasi membuat keduanya hampir tidak sadarkan diri, sementara lamanya evakuasi terjadi karena hanya menggunakan alat manual.
Bencana tanah longsor tersebut terjadi akibatkan hujan lebat yang terus menerus selama tiga jam di sekitar wilayah Sambirejo Prambanan Sleman. Disamping menimbulkan korban luka berat dan ringan, juga beberapa pohon tumbang yang menimpa beberapa rumah, beberapa ruas jalan tertutup karena longsor.
Namun berkat kesigapan relawan Desa Sambirejo Prambanan, para korban yang luka berat maupun ringan, bisa dievakuasi ke rumah sakit, dan sebagian yang luka ringan bisa diperbolehkan pulang.
Di tengah-tengah kepanikan warga saat bencana tersebut, masih ada yang memanfaatkan kesempatan dengan mencuri, namun berkat kesigapan relawan pencuri tersebut berhasil ditangkap dan diserahkan ke aparat kepolisian. Meskipun sempat dihakimi massa, namun tidak mengalami luka yang parah.
Kejadian tersebut digambarkan dalam simulasi penanggulangan bencana tanah longsor di Desa Sambirejo Prambanan, tepatnya di Breksi Sambirejo Prambanan, Kamis (3/3).
Hadir dan menyaksikan gladi lapang tersebut antara lain Kepala Bidang Pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD DIY Heri Siswanto, Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan Drs Kunto Riyadi MPPM, Kepala BPBD Kabupaten Sleman Drs Julisetiono Dwiwasito, MM, Caamat Prambanan Drs Abu Bakar.
Usai gladi lapang, pada kesempatan juga dilakukan pengukuhan pengurus Desa tangguh bencana Desa Sambirejo oleh Kunto Riyadi. Disamping itu juga dilakukan pengukuhan Unit pelayanan penaggulangan bencanaa Desa Sambirejo dan penyerahan SK oleh Kepala BPBD Kabupaten Sleman.
Sedangkan Kepala Pelaksana BPBD DIY dalam sambutan tertulis yang dibacakan Heri Siswanto menyampaikan, bahwa berdasarkan pemetaan yang telah dilaakukan pada tahun 2012 DIY terdapat 12 potensi ancaman bencana, dari 438 desa yang ada di DIY 301 desa merupakan desa rawan bencana, di antaranya terdapat di Kabupaten Sleman.
Sementara Kunto Riyadi menyampaikan bahwa dalam setiap mitigasi bencana, Pemerintah tidak dapat sukses mewujudkan upaya tersebut jika tidak didukung oleh masyarakat dan tim relawan.
Pelaksanaan gladi lapang tersebut merupakan salah satu upaya untuk mempersiapkan kesiapsiagaan dan keterampilan warga masyarakat dalam menghadapi bencana longsor, khususnya di Desa Sambirejo Prambanan.
Diharapkan dengan adanya gladi lapang ini, jatuhnya korban jiwa akibat longsor dapat diantisipasi, karena masyarakat telah mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan pada saat kondisi darurat.
Lebih lanjut disampaikan bahwa ketepatan bertindak tentunya harus didukung oleh pengetahuan dan ketrampilan dalam menghadapi situasi darurat terkait bencana.
Gladi lapang ini menjadi sarana yang efektif untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan dalam mensikapi kondisi darurat. Dengan bekal tersebut, diharapkan seluruh warga masyarakat tidak akan panik bila terjadi bencana.
Mengingat strategisnya kegiatan ini, diharapkan kepada seluruh peserta Gladi Lapang agar melaksanakan gladi dengan sungguh-sungguh demi kepentingan bersama.
Dalam upaya mitigasi bencana di Kecamatan Prambanan, selain melalui penyelenggaraan gladi lapang desa tangguh bencana, Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sleman juga telah melakukan penambahan Early Warning Sistem (EWS) sebanyak 3 buah.
"Diharapkan melalui upaya ini, potensi longsor dapat terdeteksi lebih dini sehingga resiko bencana dapat diminimalisir," kata Kunto Riyadi. (***/mc sleman/toeb)