Pembangunan Kebun Raya Kuningan Tidak Akan Pernah Berhenti

:


Oleh MC Kabupaten Kuningan, Rabu, 24 Februari 2016 | 10:19 WIB - Redaktur: Tobari - 1K


Kuningan, InfoPublik - Kebun Raya Kuningan (KRK) yang berlokasi di Desa Padabeunghar Kecamatan Pasawahan dan dibangun pada tahun 2006, merupakan implementasi dari kabupaten konservasi.

“Beberapa jenis tanaman dari luar Kabupaten Kuningan (ex-situ) didatangkan untuk dijadikan koleksi di KRK,” kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan Ir. Bunbun Budhiyasa, ketika  diwawancarai di ruang kerjanya, Kamis (18/2) lalu.

Dikatakan, pembangunan Kebun Raya Kuningan melibatkan beberapa SKPD terkait dengan sumber dana APBD Kabupaten dan APBD Provinsi. Proses pembangunannya itu sendiri hingga saat ini masih terus berjalan.

“Pembangunan Kebun Raya tidak akan pernah berhenti. Contohnya Kebun Raya Bogor yang berusia 200 tahun, sampai saat ini, pembangunannya masih terus berlanjut,” katanya.

KRK diresmikan oleh Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Iskandar Zulkarnain pada Rabu lalu, yang menandai Kebun Raya Kuningan sudah dapat dimanfaatkan dan untuk terus dibangun.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menilai, bahwa Kabupaten Kuningan sangat konsisten terhadap lingkungan serta idealisme pembangunannya sejalan dengan kaidah-kaidah konservasi secara berkelanjutan dalam peningkatan pelestarian serta pemanfaatan alam secara bijaksana dan lestari.

Oleh karena itu, Kabupaten Kuningan layak untuk dijadikan lokasi Kebun Raya. Bunbun menyebutkan, saat ini di Indonesia ada 30 Kebun Raya, terdiri dari 5 Kebun Raya Pusat dan 25 Kebun Raya Daerah termasuk Kebun Raya Kuningan.  

“Tidak semua daerah bisa dijadikan lokasi Kebun Raya, karena ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, salah satunya harus konsisten terhadap lingkungan,” kata Bunbun.

Menurut Bunbun, dibangunnya Kebun Raya Kuningan diharapkan dapat memliki lima fungsi, yakni fungsi konservasi, fungsi penelitian, fungsi pendidikan, fungsi jasa lingkungan dan fungsi wisata.

Sejak diresmikan oleh Kepala LIPI, fungsi KRK yang terlebih dahulu muncul adalah fungsi wisata, sedangkan fungsi-fungsi lainnya terkesampingkan. Terbukti beberapa hari setelah dilounching, KRK dibanjiri penginjung, bukan hanya dari Kuniingan tapi juga wisatawan dari luar daerah.

Dampak yang timbul akibat luapan pengunjung yang luar biasa, banyak tanaman yang baru saja ditanam dan memerlukan perawatan khusus menjadi rusak.

“Guna menghindari kerusakan yang lebih parah lagi, maka untuk sementara KRK ditutup bagi wisatawan sampai waktu yang belum bisa ditentukan,” kata Bunbun.

Namun demikian, pembangunan KRK akan terus berjalan, pada tahun 2016 beberapa fasilitas tengah dipersiapkan. Setelah semua fasilitas yang dibutuhkan siap, maka KRK akan dibuka kembali.

Satu hal yang perlu diperhatikan oleh masyarakat adalah pemanfaatan KRK itu sendiri, selain sebagai tempat wisata juga harus dimanfaatkan dari fungsi-fungsi lainnya. (mckuningan/dink s arizona/toeb).