Pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang Cenderung Menurun

:


Oleh MC Kalsel, Sabtu, 23 Januari 2016 | 06:52 WIB - Redaktur: Tobari - 599


Banjarmasin, InfoPublik - Pemulihan ekonomi negara maju yang belum solid sementara pertumbuhan ekonomi negara berkembang cenderung menurun. Ekonomi AS tumbuh moderat dan pemulihan ekonomi Eropa terutama didorong oleh perbaikan permintaan domestik.

Perekonomian Tiongkok terus melemah sejalan dengan rebalancing ekonominya, sedangkan ekonomi AS tumbuh moderat ditopang oleh konsumsi yang masih kuat dan membaiknya sektor perumahan.

“Konsumsi yang masih kuat tercermin pada pertumbuhan personal expenditure yang berada dalam tren meningkat,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan, Harymurthy Gunawan, pada temu pers Kamis (21/1).

Menurutnya, sektor perumahan juga terus membaik dan masih berada dalam tren meningkat. Namun, ekspansi manufaktur dan ekspor AS masih lemah. FOMC memutuskan untuk menaikkan FFR sebesar 25 bps (15 – 16 Desember 2015).

“Kenaikan FFR telah diantisipasi oleh pasar (price in), tercermin dari respons sementara pasar keuangan global yang relatif moderat. Kenaikan FFR pada tahun 2016 diperkirakan akan berlangsung secara gradual dan data dependen,” ujar Harymurthy.

Pemulihan ekonomi Eropa terutama didorong oleh perbaikan permintaan domestik, meskipun belum mampu meningkatkan inflasi yang masih rendah. Konsumsi membaik,  didukung oleh penurunan tingkat pengangguran di Negara Eropa secara gradual.

Namun demikian, perbaikan tersebut belum mampu meningkatkan inflasi yang masih rendah. Masih rendahnya inflasi Eropa dipengaruhi oleh penurunan harga energi dan komoditas lainnya, serta terbatasnya pertumbuhan gaji yang tercermin pada Producer Price Index (PPI) yang negatif.

“Untuk mengatasi inflasi yang rendah, ECB terus memperpanjang dan menambah volume kebijakan quantitave easing (QE). Ekonomi Jepang masih lemah dengan tingkat inflasi yang masih sangat rendah,” tuturnya.

Konsumsi Jepang juga masih lemah, tercermin dari pertumbuhan penjualan ritel yang berada dalam tren menurun. Meskipun demikian, PMI Manufaktur yang masih ekspansif menunjukkan indikasi awal perbaikan output industri dan ekspor ke depan.

Kemudian melemahnya perekonomian Tiongkok sejalan dengan proses rebalancing ekonomi Tiongkok. Pelemahan tersebut terindikasi dari PMI Manufaktur Tiongkok yang masih berada pada fase kontraksi.

“Proses rebalancing ekonomi Tiongkok dari investment driven menjadi consumption driven terus berlangsung, tercermin dari tren penurunan investasi aset tetap (Fixed Asset Investment/ FAI) yang diimbangi dengan peningkatan pertumbuhan penjualan ritel,” jelasnya. (wln/maulida/toeb)