NU: Indonesia Darurat Radikalisme Terorisme dan Narkoba

:


Oleh H. A. Azwar, Minggu, 17 Januari 2016 | 23:14 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 519


Jakarta, InfoPublik - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mengatakan, saat ini Indonesia sudah darurat radikalisme, terorisme dan narkoba.

Menurutnya, ini alasan organisasi lintas iman mengadakan Apel Kebhinekaan Bela Negara untuk mengingatkan kembali kepada masyarakat akan bahaya tersebut.

Apel ini kita rencanakan sebelum adanya peristiwa bom Thamrin. Tapi, ditambah kejadian kemarin menjadi semakin yakin dan mantap perlu apel ini, kata Said dalam sambutannya dalam Apel Kebhinekaan Lintas Iman Bela Negara di Lapangan Banteng Jakarta, Minggu (17/1).

Ia menjelaskan, hal yang menyebabkan Indonesia darurat radikalisme, terorisme dan narkoba karena reformasi yang kebablasan sehingga ideologi dari luar mudah masuk ke Indonesia.

Padahal, aliran yang ada di Timur Tengah tidak cocok di Indonesia. Di negara Timur Tengah, tidak ada ulama yang nasionalis. Sedangkan di Indonesia, hampir semua ulamanya memiliki jiwa nasionalis, jelas Said.

Said menambahkan, sejak awal PBNU sudah mengingatkan pemerintah terkait bahaya ISIS, termasuk soal jumlah pengikut dan aliran dana. Untuk itu, PBNU mengajak seluruh warga untuk ikut melawan ISIS dan mendukung revisi UU Terorisme serta mendukung surat edaran hate speech demi kemaslahatan martabat bangsa.

Dalam Alquran disebutkan, tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang melakukan kejahatan dengan mengatasnamakan Islam. Itu orang paling kurang ajar, tegas Said.

Sebelumnya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menginginkan seluruh warga Indonesia memiliki komitmen bersama mempertahankan ideologi negara. Termasuk menjaga kemajemukan yang ada di Indonesia.

Apel ini dimaksudkan agar seluruh warga  Indonesia memiliki komitmen bersama untuk mempertahankan ideologi negara.

Oleh karenanya, sebuah apel diperlukan untuk menyadarkan kita semua bahwa bangsa Indonesia itu hakikatnya adalah beragam. Itulah yang dibungkus dalam kebinekaan, kata Lukman.

Kegiatan ini, lanjut dia, bukan hanya untuk merespons peristiwa bom Sarinah. Namun, juga untuk membangun kembali berkomitmen bersama bahwa majemuk harus tetap dirawat di Indonesia.

Jangan sampai di era globalisasi ini ada anggota keluarga kita disusupi oleh paham yang bertentangan dengan ideologi bangsa, kata Lukman seraya mengajak masyarakat menangkal ideologi radikal yang berasal dari luar negeri.