Batan Lakukan Studi Kelayakan Rencana Pembangunan PLTN Di Kalimantan Barat

:


Oleh G. Suranto, Kamis, 23 Januari 2020 | 09:12 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 163


Jakarta, InfoPublik – Secara umum pembangunan proyek apa saja, selalu dimulai dengan pra projek, demikian juga dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), juga dilakukan dengan pra projek, yaitu dengan dilakukan studi kelayakan. Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) tahun 2020 ini  juga memulai salah satu program dengan melakukan studi kelayakan rencana pembngunan PLTN di Kalimantan Barat.

Kepala Batan, Anhar Riza Antariksawan mengatakan, studi kelayakan sangat penting dilakukan dalam pembangunan projek PLTN. Dalam studi kelayakan ini, didalamnya termasuk survei tapak, dan evaluasi tapaknya. “Setelah kita sudah punya potensial tapak, nanti kita lihat apakah tapak potensial itu memenuhi kriteria untuk pembangunan PLTN,” kata Anhar di Jalan Barito, Jakarta Selatan, Rabu (22/1).

Disebutkan, kalau tapak potensial itu memenuhi kriteria, kemudian kira-kira bisa menampung berapa megawatt, dan sebagainya. Itu yang akan dilakukan fase/pra projek tersebut. “Jadi pra projek itu dilakukan sama dengan projek pembangunan infrastruktur yang lain, tapi untuk PLTN ini lebih menekankan pada tapak, namun tidak hanya tapak saja, tapi disitu kita akan melakukan studi pemilihan teknologinya. Kalau sudah tahu tapaknya begini, itu apa teknologinya yang paling siap, paling cocok untuk diadopsi atau apa yang akan di bangun,”   tuturnya.

Selain itu, juga terkait dengan keekonomian, apalagi kalau untuk komersial, itu harus dipertimbangkan aspek keekonomiannya, SDM-nya, dan sebagainya itu semua ada di studi kelayakan.

“Sesuai dengan penugasan kami, studi kelayakannya  kita lakukan untuk daerah Kalimantan Barat. Dan itu bukan secara tiba-tiba, tapi ini melalui diskusi panjang antara Kemenristekdikti  dengan Pemda Kalbar. Seperti diketahui Gubernurnya selalu konsen kebutuhan energy di Pemda Kalbar,  dan sebagainya. Diskusi panjang sebelum PLTN itu dibentuk,  memang harus jelas fokusnya dimana, dan penelitian,  makanya nanti di Kalimantan Barat,” paparnya.

Menurutnya, dayanya waktu itu ditetapkan 100 Mgw elektrik.  Ini yang akan menjadikan studi . kelayakan itu, sudah dibangun atau belum.  “Kita melakukan study kelayakan lebih dahulu, dan  berapa lamanya kira-kira akan  berlangsung antara sekitar 2-3 tahun, dan  itu juga tergantung dari anggaran yang ada pada BATAN,” kata Anhar.

Ia menambahkan, meskipun secara umum, Kalimantan itu relatif lebih aman dari sisi gempa maupun tsunami, dibandingkan pulau-puau lain seperti  Baratnya Sumatera, Selatannya Jawa,  yang memang dikenal sebagai ring of fire, tapi kalau daerah Kalimantan dan Sulawesi Bagian Barat, relatif lebih aman. 

“Walaupun begitu, tetap membutuhkan waktu, dan di dalamnya itu ada sosialisasi  kepada masyarakat di sana, selalu harus ada. Oleh karena itu, dengan pak Guberenur,  beliau memesankan itu harus didampingi dengan kegiatan sosialisasi, kemudian menyampaikan itu kepada msayarakat,” terangnya.

“Batan sekali lagi tidak sendiri,  tapi bekerjasama dengan  Pemprov dan Pemkab,  tempat dimana kita mengadakan studi kelayakan itu.  karena  yang tahu persis daerah itu adalah Pemprov dan Pemkab, ditempat atau loksi potensial yang akan kita lakukan studi kelayakan,” ujarnya.

Disamping itu, BATAN juga bekerjasama dengan PT Indonesia Power, akhir tahun yang lalu atau sekitar bulan November, pihaknya menandatangani MoU dengan PT Indonesia Power  untuk melakukan studi kelayakan  tersebut.   

Kemudian juga Pemprov dengan PT Indonesia Power, mungkin nanti melibatkan beberapa universitas, Universitas Tanjung Pura,  di Pontianak akan dilibatkan juga. Disitu ada ahli-ahli sosiologi, dan sebagainya, mungkin pada saat melakukan sosialisasi, desiminasi kepada masyarakat, karena yang tahu budaya disana adalah  teman-temnan disana. “Jadi ini tetap saja berkolaborasi  dengan beberapa pihak, BATAN hanya  berperan sebagai koordinator” ungkapya.