Rokok Elektrik dan Konvensional Miliki Faktor Risiko Sama

:


Oleh Putri, Kamis, 16 Januari 2020 | 11:23 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 1K


Jakarta, InfoPublik - Prevalensi jumlah rokok pemula meningkat, yakni usia 10-15 tahun meningkat, mulai dari tahun 2013 hingga kini.

Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Pembangunan dan Pembiayaan Kementerian Kesehatan Alexander Ginting mengatakan saat ini banyak orang yang beralih menggunakan rokok elektrik.

“Peralihan rokok tersebut dengan asumsi bahwa rokok tersebut memiliki dampak kesehatan yang jauh lebih rendah dibanding rokok konvensional. Sebenarnya sama saja yakni menganggu kinerja respirasi kita,” kata Alexander, Rabu (15/1).

Sering diasumsikan punya faktor risiko lebih rendah dibandingkan rokok konvensional, nyatanya kandungan zat pada keduanya sama. Yakni mengandung nikotin, berdampak pada adiksi dan dampak jangka panjang yang nantinya akan berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler.

Mengandung karsinogen, bahan yg bisa menimbulkan kanker. Kalau dipakai dalam jangka panjang akan menimbulkan kanker. Butuh waktu 10-15 tahun bahan-bahan tersebut menimbulkan kanker, semakin lama digunakan semakin besar faktor risikonya.

Mengandung bahan yang bersifat toxic, iritatif yang merangsang timbulnya peradangan. Risiko yg muncul yakni penyakit ISPA, asma, PPOK. Data-data publikasi internasional menunjukkan bahwa risiko-risiko ini juga muncul pada pengguna rokok elektrik.

Karenanya dengan persamaan tersebut, keduanya baik rokok elektrik maupun konvensional memiliki faktor risiko yang sama yakni menyebabkan kerusakan paru-paru.

Untuk mengatasi hal ini, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya promotif preventif dampak konsumsi rokok elektrik yakni mendorong Pemerinta Daerah membuat kawasan tanpa asap rokok (KTR) di tujuh tatanan serta kampanye juga dibuat baik media sosial maupun layanan masyarakat.