:
Oleh G. Suranto, Kamis, 24 Oktober 2019 | 09:27 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 493
Jakarta, InfoPublik – Muhadjir Effendy secara resmi menyerahkan jabatan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kepada Nadiem Anwar Makarim. Nadiem dilantik oleh Presiden RI, Joko Widodo sebagai Mendikbud, dan Muhadjir Effendy juga dilantik Presiden RI, Joko Widodo sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK).
“Kita menyambut kehadiran kepemimpinan baru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu Nadiem Anwar Makarim,” kata Muhadjir Effendy dalam sambutan acara Sertijab Mendikbud di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Rabu (23/10).
Muhadjir Effendy juga mengucapkan terima kasih, terutama kepada seluruh pimpinan eselon I, II, III dan seluruh beserta staf, baik staf tetap maupun tidak tetap di Kemendikbud yang telah bekerjasama selama 3 tahun lebih.
“Bersamaan dengan itu juga, nanti Kementerian ini akan digabung lagi dengan Dikti, dan akan menjadi satu lagi seperti dulu, kantornya tidak jadi dialihkan ya, dulu sempat diminta Dikti, saya kira tidak jadi,” paparnya.
“Saya mohon dimaafkan kalau selama ini, banyak hal mungkin ada ucapan saya, tindakan saya yang menyinggung perasaan yang membuat bapak dan ibu terluka, atau sakit hati mohon semuanya dimanfaatkan,” ucap Muhadjir Effendy.
“Sejujurnya saya merasa sangat nyaman di kementerian ini karena semua pekerja keras, sangat keras, kalau ada yang malas satu dua saja, tapi saya rasa semua rajin. Dengan memiliki kompetisi bagus, bisa saya ajak berselancar, berjibaku, berakrobat, sesuai arahan Presiden, tidak monoton, membuat terobosan,”ujarnya.
Meski telah ditunjuk sebagai Menko PMK, Muhadjir siap jika diminta masukan-masukan oleh Nadiem, dan berharap dia tetap melanjutkan kinerja yang dianggap baik.
Sementara itu, Nadiem menyampaikan, ini merupakan kehormatan yang luar biasa baginya karena diberikan amanah oleh Bapak Presiden. “Tapi yang terpenting adalah mengapa ini merupakan kehormatan, karena menurut saya orang-orang yang ada di ruangan ini adalah ujung tombak terpenting untuk masa depan kita, karena tanpa merubah mindset atau tanpa merubah generasi berikutnya Indonesia tidak akan bisa maju, semakin tinggi dipanggung dunia,” ujarnya.
Dan itu, kata dia, merupakan misi terbesar dari Presiden. “Kalau melihat semua masalah-masalah di negara kita, sebenarnya semua masalah itu bisa dipecahkan dengan meningkatkan kualitas generasi muda kita, di masa depan. Jadi bagi saya, kenapa saya menerima jabatan ini/amanah ini bebannya begitu besar, dan berat, karena menurut saya cara paling efektif untuk mentransformasi suatu negara itu melalui pendidikan. itulah yang terpenting melalui generasi berikutnya, itu merupakan suatu kehormatan bagi kita,” tuturnya.
“Saya ditanya, baik dari media maupun orang-orang apakah rencana 100 hari nya pak Nadiem. Saya bilang jangan panggil pak Nadiem, mas Nadiem saja. Kemudian rencana saya 100 hari, untuk 100 hari duduk mendengar berbicara dengan para pakar yang telah berdampak pada pendidikan. Selama 100 hari akan belajar untuk murid-murid Indonesia. Saya di sini bukan untuk jadi guru, tapi jadi murid. Saya mulai dari nol, saya akan belajar sebanyak-banyaknya,” kata Nadiem.
“Saya mohon satu hal bagi semua Dirjen dan tim saya, mohon sabar dengan saya, walaupun saya bukan latar belakang dari pendidikan. Tapi saya murid yang cukup baik. Kalau ada satu tema yang akan saya gong kan selalu satu prinsip gotong royong, itu satu hal yang benar-benar unik di Indonesia, bagian dari adat kita, dari dulu sampai sekarang. Dan itu adalah satu azas suatu value yang kan saya bawa ke dalam semua aktivitas,” ungkapnya.