Kinerja Kemenristekdikti 2015 - 2019 Semua Tercapai

:


Oleh G. Suranto, Selasa, 15 Oktober 2019 | 06:32 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 266


Jakarta, InfoPublik – Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir mengucapkan sangat berterima kasih atas capaian kinerja dari tahun 2015 sampai sekarang (Oktober 2019),  ada peningkatan yang luar biasa.

“Jadi semua tercapai, memang ada beberapa yang belum, tapi hampir semua tercapai. Ini adalah atas kerja keras para staf, para eselon I, para Rektor, Direktur, seluruhnya yang ada di bawah Kemenristekdikti,” kata Nasir usai menyampaikan monitoring dan evaluasi  laporan kinerja Kemenristekdikti pada triwulan ke-3 di Auditorium Lt. 2 Gedung D Kemenristekdikti, Senayan, Jakarta, Senin (14/10).

Disebutkan, memang yang belum adalah bagaimana mendapatkan Perguruan Tinggi ke kelas dunia. “Itu target kami 4 (empat), tapi sampai sekarang baru tiga, masih satu lagi,” ujarnya.

Namun, kata dia, kalau dilihat per subjek, sebenarnya sudah masuk lima. Contoh IPB itu kalau bedasarkan program pertanian dan kehutanan nomor 70 di dunia, itu kalau per subjek. Ada lagi kalau kedokteran sudah masuk nomor 102 dunia. “Jadi artinya apa yang kita lakukan sudah bagus, tetapi problemnya adalah kita ke institusi, ini yang kita belum. “Oleh karena itu, tiga yang sudah mantap, dan dua kita dorong untuk kelas dunia ke depan,” tuturnya.

Menurutnya, tiga perguruan tinggi yang sudah masuk kelas dunia adalah, pertama Universitas Indonesia (UI), kedua adalah Institut Teknologi Bandung (ITB), dan yang ketiga adalah Universitas Gajah Mada (UGM). Dulu yang dua belum masuk adalah Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Airlangga (Unair), tapi dibawah angka 500 dunia.

Kemudian nanti yang kami maksimalkan, dan memungkinkan adalah IPB, Unair, ITS, Undip, USU, dan Unhas,  diantaranya itu yang akan didorong,  dan nanti semuanya akan menjurus ke sana.

“Kami sudah titipkan semuanya, siapapun nanti yang menggantikan, saya sudah membuat rencana strategis untuk 2020-2024. Kami sudah ajukan ke Presiden,” kata Menristekdikti.

Prioritas utama adalah bagaimana riset Perguruan Tinggi itu masuk kelas dunia,  risetnya makin tahun harus makin meningkat. “Sekarang baru tercapai 34 ribu, bagaimana di 2024 bisa mencapai 50-60 itu yang penting kita dorong terus, kalau kita bisa 50 ribu – 60 ribu, kita di Asia nanti akan masuk ke-10 besar.  Kalau di Asia Tenggara bisa nomor satu. Ini harus kita dorong, harus kerja keras,” tegasnya.

Kemudian yang kedua, adalah inovasi atau hilirisasi riset itu menjadi industri. “Inipun harus kita dorong, dan kita sudah siapkan Science Techno Park- Science Techno Park (STP) – STP) yang di Perguruan Tinggi sudah layak, tinggal menjadikan inovasi,” ujarnya.

Terkait Permenristekdikti  No. 20 Tahun 2017 tentang  Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor. Ini nanti akan diterapkan di tahun 2020. Sekarang ini baru evalusai tahun 2019.

“Siapa nanti guru besar yang tidak mencapai publikasi, kita pending tunjangannya, nanti berapa persen, nanti kita atur dalam peraturan Menteri. Harapan saya, nanti evaluasi selesai semua, tahapannya nanti sampai Desember 2019 mestinya. Ini evaluasi baru sampai Oktober 2019 ini,” ungkapnya.