Menag Diskusi Realisasi Agama dan Negara di Belanda

:


Oleh Wandi, Kamis, 20 Juni 2019 | 09:07 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 265


Jakarta, InfoPublik - Di Negeri Kincir Angin ini, bertempat di kantor KBRI Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin bertemu dengan mahasiswa Indonesia yang merupakan penerima beasiswa 5000 doktor Kemenag. Dengan para mahasiswa Menag berdiskusi tentang relasi agama dan negara.

"Konteks agama dan negara di Indonesia dan bagaimana perspektif dunia memandangnya? kok ada pemerintah mengurusi agama? Realitas ke-Indonesiaan kita memang sangat khas," ujar Menag,sebagaimana dilansir Kemenag, Rabu (19/6).

Menurut Menag, ada beberapa cara pandang melihat negara dan agama. Pertama, Agama dan Negara menyatu, itulah yang kemudian disebut negara agama. "Agama itu ya negara itu sendiri, contoh vatikan," tuturnya.

Kedua, yang memisahkan secara tegas, dan negara tidak ikut campur. "Ketiga, kita tidak ikut keduanya. Akan tetapi kita bangsa Indonesia menempatkan agama sebagai nila-nilai yang dapat memberikan inspirasi," kata Menag.

"Sehingga sebelum kita lahir, nilai-nilai religiousitas itu sudah ada. Kita sebagai bangsa sangat lekat dengan nilai-nilai agama. Sehingga pemerintah memfasilitasi membantu ajaran agama setiap warga negaranya," sambungnya.

Sementara Dubes Indonesia untuk Belanda Agung Wisaka Puja mengingatkan mahasiswa tentang tantangan zaman saat ini yakni Revolusi Industri, internet of things. Agung berharap kontribusi para mahasiswa penerima beasiswa ini untuk dapat menjawab tantangan zaman.

Menurut Dubes, kita mesti bangga bahwa Indonesian Competitivness Index sudah naik dari rangking dari 43 ke 32 pada laporan tahun 2018 kemarin.

"Ini tentu merupakan recognition dan kita mesti bangga jika dulu kita ini masih mencari-cari beasiswa kini Pemerintah Indonesia mampu memberikan beasiswa sendiri. Tentu ini merupakan tantangan dan tanggung jawab yang lebih besar agar kepercayaan rakyat kepada kita dimaksimalkan," tutur Agung.

Dalam kunjungan kerja ke Belanda ini, Menag juga didaulat menjadi pembicara kunci pada Konferensi Internasional tentang moderasi beragama. Helatan yang digagas PCI NU Belanda ini mengangkat tema Seeking the Middle Path (al-Wasathiyya); Articulation of Moderate Islam, dan akan digelar di Radboud University, Belanda.

Sebelumnya, Menag juga telah bertandang ke Perancis. Di sana, Menag yang didampingi Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Paris Prof. Warsito serta Perwakilan KBRI Perancis Agung Kurniadi juga bertemu mahasiswa penerima beasiswa 5000 doktor Kemenag.

Di hadapan para penerima beasiswa tersebut, Menag berpesan untuk menjaga nama baik bangsa dan terus menebarkan Islam yang merahmati seluruh alam. "Anda adalah duta dan ambasador bagi Islam wasathiyah di luar negeri," pesan Menag.

Pada kesempatan tersebut, Menag juga memberikan motivasi kepada para mahasiswa untuk dapat menyelesaikan studinya dengan baik. Mahasiswa yang hadir dalam dialog bersama Menag tersebut rata-rata sedang menjalankan tahun akhir dalam studinya. Dengan kajian yang cukup variatif, para mahasiswa ini diperkirakan akan selesai pada akhir tahun 2019. Bahkan, salah satu dosen UIN Jambi Ayub, yang sedang mengambil studi S3 baru saja dinyatakan lulus usai mempresentasikan disertasinya.

Direktur Jenderal Kementerian Agama Kamaruddin Amin yang turut menyertai kunjungan kerja Menag ke Eropa menjelaskan salah satu upaya kuat untuk memajukan Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) adalah dengan melakukan terobosan penguatan SDM melalui penguatan program 5000 Doktor untuk mendapatkan beasiswa studi S3 baik di universitas dalam negeri ataupun di luar negeri yang kini telah berjalan hampir lima tahun.

Program yang sudah dilaunching pada akhir Desember tahun 2014 oleh Presiden Joko Widodo ini telah banyak alumni dari universitas luar negeri salah satunya adalah Perancis sebagai salah satu negara yang banyak diminati.