Komisi X DPR RI Apresiasi Realisasi Daya Serap Kemenristekdikti

:


Oleh G. Suranto, Rabu, 19 Juni 2019 | 08:59 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 498


Jakarta, Infopublik - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir menyampaikan realisasi daya serap APBN Kementerian Ristekdikti Tahun 2018 mencapai 91,36%. Sementara daya serap Kwartal I APBN tahun 2019 per 12 Juni 2019 adalah sebesar 33,76%. Hal tersebut disampaikan saat Rapat Kerja Kemenristekdikti dengan Komisi X DPR RI, Senin (17/6).

Komisi X DPR mengapresiasi atas realisasi daya serap tersebut. Selanjutnya Komisi X DPR mendorong Kemenristekdikti untuk penyerapan anggaran dapat mencapai sekurang-kurangnya 95% dari pagu anggaran yang telah ditetapkan tahun-tahun sebelumnya.

Menristekdikti menyebutkan fokus Rencana Kerja Pemerintah (RKP) pada tahun 2020 adalah menyiapkan sumber daya manusia yang bekualitas untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional dengan cara meningkatkan kualitas lulusan mahasiswa Perguruan Tinggi, serta menumbuhkembangkan hasil inovasi.

Hal tersebut diimplementasikan dalam program kerja kementerian diantaranya program Beasiswa Bidikmisi, Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik), dan Peningkatan Prestasi Akademik (PPA).

“Program Beasiswa dapat meningkatkan akses dan kesempatan belajar di perguruan tinggi bagi peserta didik yang tidak mampu secara ekonomi dan memiliki prestasi akedemik yang baik” tutur Mohamad Nasir, seperti dikutif dalam rilis Kemenristekdikti, Rabu (19/6).

Selain itu, Menristekdikti juga menjelaskan bahwa Program lainnya juga turut ikut andil untuk menunjang lulusan Mahasiswa yang berkualitas seperti Revitalisasi Pendidikan Vokasi dimana kini sejumlah Politekni, telah berkolaborasi dengan sektor industri, program pembinaan Perguruan Tinggi Swasta (PP-PTS), dan Beasiswa S3 Dosen.

Kemudian Sertifikasi Guru, dan Distance Learning untuk menjangkau anak didik di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) sekaligus guna mengantisipasi kemajuan teknologi 5G sehingga perlu adanya reformasi teknologi di bidang pendidikan tinggi.

Tidak kalah penting Nasir juga menyampaikan bahwa inovasi dan penelitian juga harus digenjot, karena mengingat ketersediaan sumber daya alam kita sudah semakin menipis.

Kemenristekdikti menanggapi hal tersebut dengan beberapa cara yakni program Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) Penelitian, Program Teaching Industry, dan Program Calon Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) di Perguruan Tinggi.

“Saya berharap di Perguruan Tinggi dapat menghasilkan lebih banyak lagi invensi (penemuan baru/novelty) dan inovasi yang bermanfaat langsung pada masyarakat” ungkapnya.

Dalam lima tahun terakhir, angka publikasi ilmiah yang dihasilkan perguruan tinggi meningkat tajam. Data per 2018 mencatat publikasi ilmiah Indonesia sudah mencapai 31.009.

Melalui serangkaian upaya yang dilakukan Kemenristekdikti, jumlah start up dari tahun 2015 sampai 2019 juga melonjak menjadi 1307 total start up dan calon start up yang didanai Kemenristekdikti di periode 2015-2018. Beberapa hasil inovasi anak negeri juga terbilang membanggakan seperti GESITS (motor listrik hasil kolaborasi PT Gesits Technologies Indo dengan Institut Teknologi Sepuluh November - ITS), Katalis Merah Putih (kolaborasi Institut Teknologi Bandung dan PT. pertamina), Iradiator Gamma Merah Putih BATAN qq teknologi pengawetan makanan dengan teknik radiasi, dan berbagai inovasi lainnya yang dihasilkan Perguruan Tinggi dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) lainnya.

Di akhir pertemuan kembali Menristekdikti menekankan Program Prioritas 2020 adalah Beasiswa Bidikmisi tahun 2020 dan selanjutnya akan berkembang menjadi Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K), Peningkatan kualitas dan kapasitas Pendidikan Tinggi Vokasi, dan Peningkatan kualitas dan kapasistas Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK).