BPPT Kembangkan Rumah Hunian Tetap Tahan Gempa

:


Oleh G. Suranto, Rabu, 22 Mei 2019 | 16:19 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 1K


Jakarta, InfoPublik – Pusat Teknologi Material (PTM) dan Balai Teknologi Polimer (BTP), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah mengembangkan inovasi teknologi bangunan rumah tahan gempa yang meliputi desain, konstruksi, material, pengujian kekuatan struktur untuk menghasilan teknologi bangunan tahan gempa.

“Rumah yang dibangun adalah dengan memanfaatkan material komposit serat berbasis polimer (Fibre Reinforced Composite), yang diharapkan dapat membantu upaya penyediaan bahan bangunan yang kuat, ringan, relatif murah dengan waktu pembangunan relatif singkat,” kata Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Industri Energi dan Material (TIEM), Eniya Listiani Dewi pada acara Launching Prototipe Bale Kohana, Rumah Komposit Tahan Gempa di Pusat Teknologi Material, BPPT, Gedung 224, Puspiptek, Tangerang Selatan, Rabu (22/5).

Disebutkan, ketersediaan sumber daya alam yang semakin langka dan terbatas, baik berupa kayu maupun logam berdampak memicu tingginya harga-harga bahan bangunan. Oleh karena itu, diperlukan alternatif pengganti untuk sumber daya alam tersebut, diantaranya dengan penggunaan material paduan seperti komposit. Melalui pengembangan teknologi komposit polimer, diharapkan dapat mensubstitusi kebutuhan kayu hutan dan mengurangi ketergantungan pada semen.

Material komposit adalah suatu material yang terdiri dari dua atau lebih makrokonstituen. Berdasarkan Sifat kimia dan fisika, masing-masing komponen pembentuk material komposit ini berbeda satu sama lain. Material komposit, contohnya komposit polimer, memiliki banyak keunggulan, diantaranya kuat, ringan, bersifat insulatif, tidak korosi, dan tahan terhadap perubahan lingkungan dan cuaca. Pengembangan material komposit untuk panel dan struktur bangunan sampai saat ini masih memerlukan peningkatan kualitas material (tahan bakar, anti mikroba dan tahan lama).

Menurutnya, pengembangan Rumah Komposit  bertujuan untuk mengembangkan Teknologi (Inovasi teknologi) Material Komposit Polimer untuk  diterapkan dalam memenuhi kebutuhan konstruksi bangunan Rumah Komposit tahan gempa, yang dilakukan melalui: pemanfaatan desain dan teknologi manufaktur/produksi, standardisasi dan sertifikasi produk, pengujian kekuatan struktur   rumah komposit tahan gempa, dan diseminasi teknologi bangunan tahan gempa.

Manfaat yang dapat diperoleh dengan keberhasilan program ini adalah dapat membantu permasalahan kebutuhan perumahan pada saat terjadi gempa, serta dapat membantu pengembangan industri khususnya industri yang bergerak dibidang perumahan.

Untuk mencapai tujuan ini, tahapan untuk inovasi rumah komposit tahan gempa ini meliputi : 1) Mengembangkan Desain konstruksi Rumah Komposit Polimer sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan dalam standar, seperti standar SNI dan lainnya,untuk membentuk sebuah bangunan Rumah Komposit

2) Melakukan inovasi formulasi material komposit dan teknologi produksi komponen konstruksi bangunan rumah Komposit Polimer sesuai dengan petunjuk hasil desain serta persyaratan konstruksi untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan kebutuhan konstruksi.

3) Melakukan pengujian kekuatan struktur baik berupa komponen maupun produk secara full scale sesuai  persyaratan konstruksi dengan standar yang ada, sehingga didapatkan hasil yang sesuai dengan kebutuhan konstruksi.

Seperti diketahui, Pengembangan Rumah Komposit sudah dimulai tahun 2013 diawali dengan kerjasama antara Balai Teknologi Polimer dan salah satu Universitas Swasta Terkemuka dalam bidang disain, mengenai Rumah Komposit Polimer Tanggap Darurat. Produk hasil kerjasama ini diwujudkan dalam bentuk prototipe rumah di Balai Teknologi Polimer pada tahun 2014 yang masih berdiri hingga saat ini.

Kemudian dikembangkan ke arah rumah hunian tetap sebagai sarana pelatihan dengan mendirikan prototipe di Baron Techno Park, Yogyakarta pada tahun 2015. Rumah Komposit sebagai prototipe Rumah Hunian Tetap di Baron Tekno Park ini, masih tetap berdiri tanpa ada kerusakan yang berarti walau diterpa gempa di bulan November 2015 dengan kekuatan 5,6 SR di Yogyakarta.

Pada tahun 2016, Pusat Teknologi Material mendirikan prototipe Rumah Komposit Polimer generasi ke-3 di Kelurahan Pasir Jaya, Bogor Barat yang digunakan sebagai fasilitas umum (posyandu dan balai desa) warga RW setempat dan masih berfungsi dengan baik dan dimanfaatkan.  Pada tahun 2017 kegiatan difokuskan pada pengembangan Rumah cepat bangun, dimana pembangunan dapat dilaksanakan dalam waktu 1-2 hari.

Pada tahun 2018, setelah terjadi gempa besar di Lombok dan Palu-Donggala, yang banyak menyebabkan kerusakan pada bangunan rumah dan perkantoran. Sebagai response cepat, BPPT segera mengembangkan Rumah hunian tetap untuk antisipasi terjadinya bencana berupa gempa bumi yaitu berupa rumah komposit tahan gempa, tahan api, dan cepat bangun yang didisain mempunyai beberapa keunggulan diantaranya: Modular, pre-assembly yang ringan (karena terbuat dari bahan komposit : logam, polimer, aluminium), cepat bangun (karena menggunakan teknologi interlock), tahan api, dan tahan gempa.

Rumah komposit yang telah dihasilkan oleh Pusat Teknologi Material dan Balai Teknologi Polimer BPPT yang telah ditetapkan sebagai PUI Komposit Polimer pada tahun 2018 yang akan diresmikan ini. “Kami namakan “Bale Kohana” dan merupakan prototipe Rumah Hunian Tetap generasi 1 dengan Tipe 36, menggunakan joint interlock sistem yang mempresentasikan keunggulan yang telah kami sebutkan tadi,” terangnya.

Rumah tersebut dinamakan rumah komposit, yang bermakna rumah dengan berbagai bahan material, khususnya material komposit polimer. Berbagai Material yang memiliki sifat tahan api (flame retardant) ini cukup ringan seperti panel FRP, Non Metal, Styrofoam, aluminium sehingga total berat struktur rumah komposit dapat mencapai seperempat kali dibandingkan berat struktur rumah konvensional. Simulasi komputasi  untuk prediksi  ketahanan gempa hingga 7 SR (perilaku zonasi gempa Lombok 2018) juga telah dilakukan dan dibuktikan kuat. Lebih jauh, material bangunan dapat diangkut dengan cukup ringan melalui  jalur darat, laut, atau udara ke lokasi yang membutuhkan.

“Prototipe ini akan terus kami kembangkan agar dapat berkontribusi bagi penanggulangan baik sebelum maupun paska bencana. Hal tersebut, sejalan dengan Flagship Prioritas Riset Nasional 2020-2024 tentang Teknologi Sruktur Bangunan Tahan Gempa, Tahan Api, Cepat Bangun dan Murah yang memiliki output Desain, SOP konstruksi Rumah, dan Standardisasi Bangunan Rumah Tahan Gempa Tahan Api, Cepat Bangun dengan menggunakan teknologi seismic rubber bearing sebagai base isolator untuk menahan beban gempa,” paparnya.

Ia menambahkan, BPPT telah didukung oleh mitra industri  dalam hal ini PT. Bondor Indonesia dan PT. Tata Logam Lestari dalam penyediaan komponen bangunan prototipe pertama Bale Kohana. “Kami dengan ini menyatakan terima kasih  dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada seluruh stake holder yang telah berkenan membantu kami dalam pembuatan prototipe ini dan menghadiri acara hari ini.  Kami berharap para stakeholder dapat terus memberikan masukan dan dukungan berkelanjutan dalam rangka pengembangan Rumah Komposit ke depan,” ungkapnya.