Mahasiswa Indonesia Berhasil Bawa Pulang Piala Trinity College USA

:


Oleh G. Suranto, Sabtu, 20 April 2019 | 09:58 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 369


Jakarta, InfoPublik – Tim Robotik mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil meraih kemenangan dalam Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest di Trinity College Hartford, Amarika Serikat pada 13-15 April 2019. Mereka memenangkan dua jenis kategori yaitu Robot Berkaki (juara 1 dan dua),  dan kategori Robot Beroda (juara 2).

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa), Kemenristekdikti menyambut kedatangan mereka di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (18/4). Kemenristekdikti pun akan memberikan penghargaan kepada seluruh anggota.

“Kami punya beasiswa ekstrakulikular, kedua pada tanggal 2 Mei mereka akan dihadirkan dan diberi apresiasi,” tutur Didin Wahidin, Direktur Kemahasiswaan, Belmawa, seperti dalam rilisnya yang diterima di Jakarta, Jumat (19/4).

Disebutkan, penghargaan rencananya akan diberikan langsung oleh Menristekdikti, Mohamad Nasir, serta Dirjen Belmawa, Ismunandar.

Didin menambahkan, generasi muda memang semestinya memiliki kepercayaan diri. “Bangsa ini adalah bangsa besar yang siap bertanding dengan bangsa lain dan siap bersanding dengan bangsa lain,” ujarnya.

Anggota Tim Robotika UMM itu terdiri dari Ifan Achmadillah Fauzi sebagai perancang pemograman, Rohmansyah sebagai perakit perangkat keras, serta seorang perempuan bernama Ken Dedes Maria Khunty yang mengurusi bagian mekanik.

Kunci keberhasilan sebagai tim yang jadi juara dunia ialah koordinasi. “Koordinasi itu harus, terutama dari mas Rahman dan Mbak Ken di awal-awal itu harus sesuai dengan keputusan riset masing-masing,” ujar Fauzi.

Koordinasi itu menghasilkan setidaknya dua keunggulan yang menjadikan robotnya mampu menjungkalkan tim pesaing dari negara-negara lain, seperti Tiongkok yang menjadi saingan berat. Keunggulan pertama mereka ialah soal dimensi robot yang cukup kecil, sehingga manuver di setiap ruangan dan rintangan lebih akurat.

“Kita membandingkannya dengan di Indonesia, jadi di Indonesia itu rintangannya selalu rumit. Jadi untuk robot yang besar, itu selalu menabrak rintangan. Jadi oke, kita gimana caranya bikin robot kita sekecil mungkin,” tutur Fauzi.

Keunggulan kedua ialah soal robot berkaki yang memiliki tantangan kesulitan tersendiri dalam pergerakannya. Setidaknta butuh waktu empat bulan untuk merakit robot pemadam kebakaran. Di bulan-bulan awal, Tim Robotika UMM merancang desain dan riset sebaik mungkin sebelum mengeksekusi perancangan robot. Setelah itu mereka melakukan evaluasi dari robot yang telah dirancang, misalnya dalam urusan sensor.

Di bulan terakhir, menyusun pemograman dan mematangkan keberhasilan robot yang mampu memadamkan api. “Algoritmanya, gerak robotnya, metode pemadamannya seperti apa, begitu. “Yang paling susah itu di gas karena nyari alatnya juga susah. Kedua di algoritmanya susah,’ cerita mereka.

Harapan mereka ialah untuk generasi robotik Indonesia ke depannya dapat lebih berprestasi lagi di tingkat internasional. “Harapannya semoga tim-tim yang akan menjadi wakil dari Indonesia lagi akan lebih semangat mengerjakan robot-robotnya karena risetnya juga tidak hanya di satu atau dua komponen, tetapi ribuan komponen yang harus kita riset,” pesan Fauzi.

Sebelum berangkat ke Amerika, Tim Robotika UMM ini menjadi juara I pada kategori Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) dalam gelaran Kontes Robot Indonesia (KRI) yang diselenggarakan oleh Direktorat Kemahasiswaan, Belmawa. Setelah menjadi juara, melalui surat penugasan Ditjen Belmawa Kemenristekdikti RI No. T/274/B3.1/KM/02.04/2019 mereka diberangkatkan ke Amerika Serikat untuk mengikuti kontes robot internasional yang kini mereka juarai.

Tujuan pengiriman juara KRI pada kompetisi internasional adalah untuk memberikan kesempatan bagi ilmuwan potensial untuk mengasah kemampuannya dan mencapai prestasi dalam tingkat internasonal.

Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan UMM, Sidik Sunaryo yang turut hadir mengungkapkan kebanggaannya bisa mengangkat nama bangsa di internasional melalui robot.

Ia pun membagikan kunci keberhasilan bagaimana UMM mengembangkan prestasi mahasiswa. “Bagi kami tidak ada yang lebih penting, kurikuler, ko-kulikuler, esktra-kulikular, semuanya penting,” ujarnya.