Puan: Jamu Kebanggan dan Kekayaan Indonesia

:


Oleh Putri, Sabtu, 23 Februari 2019 | 22:19 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 787


Jakarta, InfoPublik - Khasiat jamu telah teruji secara empiris pada manusia selama ratusan tahun sebagai obat tradisional, dan saat ini berbagai jenis jamu juga telah teruji secara klinis.

Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengatakan para stakeholder perlu mengembangkan jamu, selain sebagai komoditi kesehatan juga merupakan komoditi ekonomi unggulan yang dapat ikut membangun kemandirian.

Penguatan industri obat tradisional perlu disertai dengan pengembangan dan pemanfaatan hasil penelitian Obat Tradisional menjadi produk Fitofarmaka, yang melibatkan akademisi, Kementerian dan Lembaga terkait, Industri Farmasi dan Organisasi Profesi.

Saat kunjungannya ke PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Bergas, Ungaran, Kab Semarang, Jawa Tengah, Jumat (22/2), Menko Puan mengatakan jamu merupakan kebanggaan dan kekayaan Indonesia akan jamu itu perlu terus didukung.

“Inilah sebenarnya kekayaan Indonesia yang negara lain tidak punya. Saya mengundang seluruh pemangku kepentingan industri jamu untuk bergotong-royong membangun industri jamu sebagai aset nasional yang bernilai budaya dan ekonomi sehingga dapat bersaing dalam pasar global,” kata Puan.

Pada kesempatan ini, Menko Puan juga mengajak semua pihak untuk terus mendukung pengembangan produksi obat herbal yang sudah dilengkapi dokumen pendukung soal efektivitas dan keamanannya (fitofarmaka) di tanah air.

Ajakan minum jamu juga disuarakan Menko PMK kepada kaum milenial. “Minum jamu itu baik untuk kesehatan, apalagi sekarang dipermudah dengan adanya soft capsule, jadi bisa siap minum. Jamu itu menyehatkan, badan jadi segar dan bugar.”

Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan di tahun 2018, terdapat 795 produsen Obat Tradisional/Jamu yang terdiri atas 101 Industri Obat Tradisional (IOT) dan 694 UMKM Jamu yang tersebar di wilayah Indonesia terutama di Pulau Jawa.

(Sumber: Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan)